KATA
PENGANTAR
Alhamdullilah tim penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang melimpahkan rahmat taufik serta hidayah-Nya ,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan .
Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW , yang telah membimbing
umatnya dari zaman jahilliyah menuju jaman penuh terang benderang ini.
Dan tak lupa tim penulis ucapkan
banyak terima kasih kepada dosen pengampu dan teman – teman di kelas PGMI- C
semester 2 yang telah membantu tim penulis untuk menyelesaikan makalah ini
bantuan nya adalah berupa support pada kami.
Kami sadar makalh ini jauh dari
sempurna, tapi setidaknya dengan adanya makalah ini dapat membantu saudara –
saudara dan teman – teman untuk mengetahui tentang tipologi alran filsafat
pendidikan.
Kami sebagai penulis minta teguran
dan tambahan supaya makalh ini bisa jauh lebih baik.
Dengan di susunnya makalah ini tim
penulis berharap semoga bermanfaat khususnya bagi tim penulis dan umumnya bagi
pembaca. Dan menjadi amal ibadah kami.
Amin.
Ponorogo
, 26 Maret 2012
Tim
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR : ……………………………………………………………………... 1
DAFTAR
ISI : …………………………………………………………………….. 2
PENDAHULUAN : …………………………………………………………………….. 3
ISI : A.FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME ………….. 4-5
B. FILSAFAT PENDIDKAN REALISME ………….. 5-7
C. FILSAFAT PENDIDIKAN MATERIALISME … 7-8
D. FILSAFAT PENDIDIKAN PRAGMATISME ….. 8-9
E. FILSAFAT PENDIDIKAN PARENIALISME …… 9-10
F. FILSAFAT PENDIDIKAN ESENSIALISME …… 10-11
G. FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME … 11-12
H. FILSAFAT
PENDIDKAN EKSISTENSIALISME .. 12
I. FILSAFAT PENDIDIKAN
REKONSTRUKSIONALISME .. 13
KESIMPULAN :
………………………………………………………………………. 14
PENUTUP :
………………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA :
……………………………………………………………………… 16
PENDAHULUAN
Seperti
telah di jelaskan pada bab terdahulu bahwa filsafat pendidikan merupakan
terapan dari filsafat umum , maka dalam membahas filsafat pendidkan akan
berangkat dari filsafat . Dalam arti , filsafat pendidikan pada dasarnya
menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil – hasil dari
filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas , pengetahuan
dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai mahzab , aliran –
aliran seperti materialism, idealism , realisme , pragmatism, dll. Karena
filsafat merupakan terapan dari fisafat , sedangkan filsafat beraneka ragam
macam alirannya , maka dalam filsafat pendidikan pun kita temukan berbagai
aliran , sekurangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri . Penulis
kemukakan “sekurang –kurangnya “ ,
karena masih terdapat merupakan filsafat pendidikan merupakan ekletik dari berbagai pandangan filsafat
pendidikan yang telah ada. [1]
ISI
A.Filsafat Pendidikan Idealisme.
1.
Realitas.
Filsafat idealisme memandang bahwa
realitas akhir adalah roh, bukan materi[2] ,
bukan fisik. Parmenides filosof dari Elec ( Yunani Purba ) , berkata “ Apa yang tidak dapat di pikirkan adalah
tidak nyata.
Menurut
Plato seorang fi losof idealisme klasik ( Yunani Purba ) menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita.
Schoupenhour menyatakan bahwa duna adalah ide saya.
Hegel
menyatakan bahwa roh yang mengungkapkan
diri dengan alam dengan maksud agar roh tesebut sadar akan dirinya sendiri.
Termasuk
dalam paham idealism adalah spiritualisme,
rasionalisme, supernaturalisme[3].
Bagi penganut aliran idealism fungsi mental adalah apa yang tampak dalam
tingkah laku , Oleh karena itu jasmani atau badan sebagai materi merupakan alat
jiwa , alat roh , untuk melaksanakan tujuan , keinginan, dan dorongan jiwa
manusia .
Plato mengatakan ,“Jiwa manusia sebagai roh yang berasal
dari ide eksternal dan sempurna”.
Imanuel
Kant mengatakan , “ Manusia bebas dan di
tentukan “, artinya manusia bebas sepanjang ia sebagai spirit ( jiwa )
sedangkan ia terkait berarti manusia juga merupakan makhluk fisik yang tunduk
terhadap hukum alam.
2.
Pengetahuan.
Tentang
teori pengetahuan , idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang
di peroleh melelui indera adalah tidak pasti atau tidak lengkap, karena dunia
merupakan tiruan belaka sifatnya maya ( bayangan ) yang menyimpang dari
kenyataan yang sebenarnya , pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal
belaka karena benda dapat membentuk spiritual murni dan benda – benda di luar
penjelmaan material, menurut Plato[4].
3.Nilai.
Menurut
pandangan idealisme , nilai itu absolute . Apa yang di katakana baik, benar , salah , cantik, atau tidak
cantik secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi.
Pada hakikatnya nilai itu tetap.
Nilai tidak di ciptakan manusia melainkan merupakan bagian dari alam semesta .
Plato mengatakan bahwa jika manusia
tahu apa yang dikatakan baik , mereka tidak akan berbuat hal – hal yang
bertentangan dengan moral. Kejahatan terjadi karena orang tidak tahu bahwa
perbuatan tersebut jahat. Jika seseorang menemukan sesuatu yang benar maka
orang tersebut tidak akan berbuat salah. Namun aka nada sebuah permasalahan
bagaimana itu bisa di lakukan padahal manusia mempunyai pandangan yang sangat
berbeda dalam pikirannya bagaiamana tentang hidup yang baik. Dalam hal ini
Plato manjawab , bahwa hakikatnya penemuan hidup yang baik merupakan tugas
intelektual, seperti halnya menemukan kebenaran matematika. Selanjutnya Plato
mengatakan , bahwa kehidupan yang baik hanya dapat terwujud dalam masyarakat
yang ideal[5] yang
dapat di perintah oleh The philopher kings. Yaitu kaum intelektual para ,ilmuwan,
atau para cendekiawan.
4.Pendidikan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan
, idealisme member sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan
khususnya filsafat pendidikan.
Filsafat idealisme di turunkan dari
filsafat metafisik yang menekanakan pertumbuhan rohani . Kaum idealis percaya
bahwa anak merupakan bagian dari spiritual yang memiliki pembawaan spiritual
sesuai dengan potensialitasnya.
Oleh karena itu pendidikan harus
mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus
menekankan kesesuaian batin antar anak dan alam semesta , it must emphasize the inonte harmony between man and universe (Kneller
971:9).
Menurut Power (1982:8)
tentang implikasi filsafat pendidikan idealisme adalah ;
Ø Tujuan
pendidikan :Pendidikan formal maupun
informal bertujuan untuk membentuk karakter dan mengembangkan kemampuan dasar
serta kebaktian social.
Ø Kedudukan
siswa : Bebas untuk mengembangkan
kemampuan pribadi atau bakatnya.
Ø Peranan
Guru : Bekerja sama dengan
alam proses pengembangan manusia terutama bertanggung jawab menciptakan
lingkungan pendidikan siswa.
Ø Kurikulum
: Pendiidkan liberal
untuk pengembangan kemampuan rasional dan pendidikan praktis untuk memperoleh
pekerjaan.
Ø Metode : Di
utamakan metode dialetika tapi metode lain yang lebih efektif boleh di
manfaatkan.
B.Filsafat Pendiidkan Realisme.
Realisme
merupakan filsafat yang memandang realitassecara dualitis. Realisme ini berbeda
dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monitis. Realisme berpandapat
bahwa hakikat realitas adalah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani.
Realisme membagi atas dua bagian
yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya
adalah adanya realita di luar manusia yang dapat di jadaikan sebagai objek
pengetahuan manusia.
Realisme memiliki beraneka ragam
bentuk . Kneller membagi menjadi 2 bagian yaitu : Realisme rasional dan
realisme naturalis.
a) Realisme
rasional.
Dapat
di definisikan pada dua aliran yaitu realism klasik dan realisme religius .
Bentuk utama dari realisme religius adalah “scholostisisme”
[6].
Realisme klasik merupakan filsafat yang pertama kali di kembangkan oleh
Aristoteles , sedang realism religius terutama scholotisisme di kembangkan oleh
Thomas Aquina . Realisme klasik maupun realism religius menyetujui bahwa dunia
materi adalah nyata , dan berada di luar pikiran (ide ) yang mengamatinya.
ü Realisme
Klasik.
Realisme
klasik oleh Brubacher (1950) di sebut humanisme rasional . Realisme ini pada
umumnya berpandangan bahwa manusia pada umunya punya ciri rasional . Dunia di
kenal mellui akal , di mulai dengan self
evident, di mana manusia dapat menjangkau kebenran umum. Self evident merupakan
asas untuk membuktikan kebenaran umum.
Bahan
pendidikan yang esensial bagi aliran ini , yaitu pengalaman manusia yang
merupakan penyatuan dan pengulangan dari pengalaman manusia.
Maka dari ini penulis
bisa berpendapat bahwa pendidikan itu tidak hanya di dapat dari sekolah tapi
juga dari keluarga , masyrakat , dsb. Dan anggapan tentang penidikan yang cukup
12 taun, dan tidak melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi itu tidak mempunyai
resiko, atau di katakan manusia yang
tidak berpendidika.Karena itu tadi pendidikan itu tidak hanya di sekolah tapi
berbagai aspek bisa untuk pendidikan bagi manusia. Apabila ada ungkapan untuk
mencari ilmu [7]Allah
itu merupakan sebuah kebenaran atau untuk mencari kebodohan di hadapan Allah
itu juga merupakan sebuah kebenaran.
ü Realisme
Religius.
Dalam
pandangannya tampak dualitas . Ia berpendapat bahwa terdapat dua order yang
terdiri atas order natural dan order
supernatural . Kedua order ini berpusat pada Tuhan. Pendidikan merupakan suatu
proses untuk meningkatkan diri , guna mencapai yang abadi yang mengambil tempat
dalam alam. Hakikat kebenaran dan kebaikan memilik makna dalam pandangan
filsafat ini. Kebenaran bukan di buat , melainkan sudah di tentukan , di mana
belajar harus mencerminkan sikap tersebut.
Menurut
realism Religius , karena keteraturan dank eharmonisan alam sebagai ciptaan
Tuhan , maka manusia harus memepelajari alam sebagai ciptaan Tuhan . Tujuan
utam pendidikan adalah mempersiapkan individu untuk dunia dan akhirat.
b) Realisme
Natural Ilmiah.
Mengatakan bahwa manusia adalah organism biologis dengan
sistem saraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan social
Berpikir
merupakan fungsi yang sangat kompleks kenbanyakkan penganut realisme natural
menolak eksistensi aturan bebas. Mereka berpendapat dalam hal bahwa individu
ditentukan oleh akibat lingkungan pisik dan social dalam struktur geneticnya.
Mengenai
konsep pendidikan realism natural , Brucher (1950)mengatakan bahwa pendidikan
berkekutan deng dunia disini dan di dunia sekarang.
Jiwa
(mind) merupakan produk alam dan bersifat biologis. Dunia ini bukan
merupakanproduk alam dan bersifat biologis, berkembang dengan , cara
menyesesuaikan diri denganm cara menyesuaiksn
diri dengn alam pendiidkan realism aturan haruslah satu .
Haruslah
ilmiah dan yang menjadi objek penelitiannya adalah kenyataan.
C.
Neo- Realisme dan realisme kritis.
Menurut pandanggan Breed , Filsafat
pendiidkan hendaknya harmon dengan prinsip- prinsip denokrasi . Menutut
Henderson “bahwa semua aliran filsafat
pendidikan memiliki beberapa persamaan”.
Semua aliran filsafat pendidikan
menyetujui bahwa :
§ Proses
pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki- laki dan wanita menjadi
lebih hebat dan kuat.
§ Tugas
manusia di dunia adalah menunjukkan keadilan dan kesejahteraan umum.
§ Kita
seharusnya memandang bahwa tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-
masalah pendidikan.
C. Filsafat Pendidikan Materialisme.
Hubungan
antara filsafat pendidikan materialaisme dengan pendidikan . Pada dasarnya
tidak menyusun konsep pendidikan secara eksplisit . Bahkan menurut Henderson
(1959), materialaisme belum pernah menjadi penting dalam menentukan sumber
teori pendidikan.
Power ( 1982) mengemukakan beberapa implikasi
pendidikan positivisme behaviorisme yang bersumber pada filsafat materialisme
sebagai berikut :
§ Tema
: Manusia yang baik dan efisien di hasilkan
dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama.
§ Tujuan
Pendidikan : Perubahan perilaku
mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya , untuk tanggung jawab hidup
social dan pribadi yang kompleks.
§ Kurikulum : Isi kurikulum pendidikan
mencakup pengetahuan yang dapat di percaya, handal dan di organisasi.
§ Metode : Semua pelajaran di
hasilkan dengan kondisionisasi ( SR conditioning ) Operant conditioning,
reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.
§ Kedudukan
siswa : Tidak ada kebebasan ,
perilaku di tentukan oleh kekuatan dari luar . Pelajaran sudah di rancang.
§ Peranan
Guru : Guru mempunyai
kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan dan dapat mengukur
kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
Penulis beranggapan sama dengan yang
dinyatakan Henderson yang mengatakan nilai filsafat ini belum pernah menjadi
penting dalam menentukan sumber tepri pendidikan. Dengan di dukung alasan yang
di kemukakan oleh Power tentang kedudukan siswa yang tidak di beri kebebasan,
perilaku di tentukan oleh kekuatan dari luar dan pelajaran sudah di rancang.
Ini artinya ada pemisahan yang jelas antara Guru dan murid. Dan penulis juga menggangap ini sudah
tidak relevan bila di gunakan pada kurikulum pendidikan sekarang ini.
D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme .
1.
Orientasi Umum.
Filsafat pragmatism di pandang
sebagai filsafat Amerika asli. Padahal ini berasl dari filsafat empirisme
Inggris yang berpendapat bahwa “manusia dapat
mengetahui tentang apa yang manusia alami”.
Pendiri filsafat pragmatisme di
Amerika adalah Charles Sandre Pierce ( 1839-1914), William James (1842-1910),
Dan John Dewey ( 1859- 1952 ). Ketiga filsafat ini berbeda pada metodologi
maupun kesimpulannya .
Istilah pragmatisme berasal dari
perkataan pragma artinya praktik atau akan berbuat. Maksudnya bahwa makna
segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dapat di lakukan.
Teori pragmatisme tentang perubahan
yang terus menerus di dasari pandangan Heraoleitas, seorang filsafat Yunani ,
dengan teori pantarei artinya mengalir secara terus- menerus, Heracleitas
berpendapat bahwa tidak ada sungai yang di aliri oleh air yang sama. Bagi pragmatisme
tidak di kenal istilah metafisiska, karena mereka tidak pernah memikirkan
hakikat di balik realitas yang di alami dan di amati oleh pancaindera manusia .
Realitas adalah apa yang dapat di amati dan di alami secar inderawi.
Watak[8]
pragmatism adalah ukuran segala- galanya . Tujuan dan car meencapai tujuan
pendiidkan harus secara ilmiah dan rasional.
2.Dasar
filosofis.
A. Konsep
Pendidikan.
Tiadak dapat di sangkal lagi nahwa
pragmatisme telah memberikan suatu sumbangan yang sangat besar terhadap teori
pendidikan. John Dewey merupakan tokoh pragmatisme yang secar eksplisit
membahas pendidikan, dan secara sistematis menyusun teori pendidikan yang di
dasarkan atas filsafat pragmatisne.
John Dewey mengemukakan perlunya
atau pentingnya pendidikan yang berdasr atas tiga asas pokok pemikiran yaitu :
·
Pendidikan merupakan
kebutuhan untuk hidup : Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup
karena anggapan bahwa pendidikan selain sebagai alat pendidikan juga berfungsi
sebagai pembaruan hidup ( a renewal life
) .
·
Pendidikan sebagai
pertumbuhan :
Pertumbuhan terjadi karena kebelum matangan itu sendiri, Kebelum matangan itu
si anak memiliki kapasitas pertumbuhan potensi yaitu tumbuh kapasitas yang dapat tumbuh menjadi sesuatu
yang berlainan , karena poengaruh yang datang dari luar.
·
Pendiidkan sebagai
fungsional :
Dalam hal ini lingkungan merupakan syarat bagi pertumbuhan dan fungsi
pendidikan merupakan a process of leading
and bringing up (Dewey , 1964 ). Pendiidkan merupakan suatu cara yang di
tempuh masyarakat dalam memebimbing anak yang masih belum matang menurut bentuk
susunan social sendiri.
B. Tujuan
Pendidikan.
Objektivitas tujuan pendidikan harus
di ambil dari masyarakat , di mana si anak hidup , di mana pendidikan
berlangsung dalam kehidupan . Tujuan pendidikan tidak berada di luar kehidupan
, melainkan berada di dalam kehidupan sendiri. Seperti telah di uraikan , bahwa
esensi realitas adalah perubahan tidak ada kebenaran mutlak , serta nilai itu
relatif , maka berkaitan dengan tujuan pendidikan , menurut pragmatisme tidak
ada tujuan yang tetap dan pasti yang berlaku secara universal. Yang ada hanyalah tujuan khusus belaka.,
tidak ada tujuan yang berlaku dan universal . Jadi tujuan pendidikan tidak
dapat di tetapkan pada semua masyarakat kecuali apabila yerdapat hubungn
timbale balik antar masing- masing individu dalam masyarakat tersebut.
C. Proses
Pendidikan.
Menurut pragmatisme pelajaran harus
di dasrkan atas fakta – fakta yang sudah di observasi , di pahami serta di
bicarakan sebelumnya. Bahan pelajaran harus mengandung ide- ide yang dapat
mengembangkan situasi untuk mencapai tujuan dan harus ada hubungannya dengan
materi pelajaran . Pendidikan dalam setiap fase atau tingkatan harus memiliki
criteria untuk memanfaatkan kehidupan social , yang sangat fundamental dalam
kehidupan masyarakat.[9]
E.Filsafat Pendidikan Parenialisme.
1.Orientasi
Umum.
Parenialisme
bersal dari kata parenial , yang dalam Oxford Advanced learner Dictionary of Current English, di artikan
sebagai continuitng throughout the whole
year atau lasting for a very long time “-‘ abadi atau
kekal dan dapat pula berarti terus dan tiada akhir.Dengan demikian esensi
parenialisme adalah berpegeng pada nilai – nilai atau norma – norma yang
bersifat kekal abadi. Selanjutnya parenailisme melihat bahwa akibat [10]atau
ujung dari kehidupan zaman modern telah menimbulkan banyak krisis di berbagai
bidang kehidupan manusia. Untuk mengobati zaman yang sedang sakit ini , aliran
ini memberikan konsep jalam keluar .Regressive
road cultural yaitu kembali kepada kebudayaan masa lampau yang
masih ideal[11].
Parenialisme adalah gerakan
pendidikan yang pendidikan yang memprotes terhadap gerakan pendidikan
progresivisme . Yang menginginkan supernatural.Parenailisme adalah gerakan
pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai – nilai universal itu ada , dan
bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran –
kebenaran nilai tersebut[12].
Kaum parenialis berpandangan bahwa
dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta membahayakan , seperti
kita rasakan dewasa ini, tidak ada satupun yang bermanfaat dari padakepastian
tujuan pendidikan , serta kesatabilan dari perilaku pendidik[13].
Kami
sebagi penulis beranggapan bahwa aliran filasafat aliaran ini lebih mengambil
nilai – nilai sebuah kebijakan dari sebuah kejadian atau sering di sebut dengan
hikmah.Kemudian kami beropini mungkin nilai filsafat ini yang kelaknya pantas
di terapkan di Indonesia sekarang ini. Meski saat ini Indonesia telah berupaya
penuh untuk memjukan pendidikannya.Dasar kurikulum suatu saat nanti bisa
diambil dari nilai filsafat ini.
2.
Dasar Filosofis.
Orientasi pendidikan parenialisme
adalah scholostisisme atau Neo- Theisme , yang memandang bahwa kenyataan
sebagai sebuah dunia akal pikiran dan Tuhan, pengetahuan yang benar di peroleh
melalui berpikir dan keimanan serta kebaikan berdasarkan perbuatan rasional.[14]
Adapun norma Fundamental pendidikan
menurut J. Montain adalah cinta kebenaran , cinta kebaikan dan keadilan dan
sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerja sama.[15]
F.FIlsafat Pendidikan Esensialisme.
1.
Orientasi Umum.
Gerakan
esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya
, seperti William C. Bagley, Thomas
Briggs , Ferderick Breed , dan Isac Knedell. Bagley sebagai pelopor
esensialisme adalah seorang guru besar
pada “Teacher College” , Columbia
University . Ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan
warisan budaya dan sejarah kepede generasi muda.[16]
Karakteristik Esensialisme menurut
Beagley adalah sebagai berikut :
·
Minat – minat yang kuat
dan tahan lama sering tumbuh dari upaya – upaya belajar awal yang memikat atau
menarik perhatian bukan karena dorongan
dari dalam diri siswa.
·
Pengawasan, pengarahan,
dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah melekat dalam masa bakti yang
panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spesies manusia.
·
Karena kemampuan untuk
mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakkan disiplin
adalah suatu cara yang di perlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
·
Esensialisme
menawarkansebuah teori yang kokoh kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-
sekolah pesaingnya ( progresivisme) memberikan sebuah teori lemah.
2.Dasar
filosofis.
Esensialisme merupakan gerakan
pendidikan yang bertumpu pada mazhab filsafat idealisme dan realisme. Meskipun
kaum idealisme dan kaum realisme berbeda pandangan filsafatnya, mereka sepaham
bahwa:
A. Hakekat
manusia yang mereka anut member makna pendidikan bahwa anak harus menggunakan
kebebasannya, dan ia memerlukan disiplin orang dewasa untuk membantu dirinya,
dan
B. Manusia
dalam memilih suatu kebenaran untuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya
mengandung makna pendidikan bahwa generasi muda perlu belajar untuk mengemban
setinggi- tingginya dan kesejahteraan social.[17]
G. Filsafat Pendidikan Progresivisme.
1.
Orientasi umum.
Progresivisme adalah gerakan
pendidikan yang mengutamakan penyelengaraan pendidikan di sekolah berpusat pada
anak ( child centered ), sebagai reaksi
terhadap pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher centered) atau bahan
pelajaran ( subject centered ). Faktor – factor pendorong lahirnya
progresivisme Di USA adalah adalah :
® Semangat
radikalisme dan reformasi yang di mulai di sekolah yang di pimpin oleh Francis
W. Parker.
® Masuknya
aliaran Froebelianisme, yang menekankan pada perwujudan diri melalui kegiatan
sendiri, dan pengunaan montessari , metode yang menekankan pada pendidikan
sendiri.
® Perluasan
studi tentang perkembangan anak secara ilmiah (psikologi perkembangan).[18]
2.
Dasar Filosofis.
a. Realisme Spiritualistik.
Gerakan pendidikan progressive
bersumber dari prinsip – prinsip spiritualistik ,kreatif, dan Froebel serta
mentassari juga ilmu baru tentang perkembangan anak.
b.
Humanisme Baru.
Paha
mini menekankan pada penghargaan terhadap martabat dan harkat manusia sebagai
individu. Denga demikian orientasinya individualistic.
Beberapa
karakteristik aliran progresivissme;
1. Aliran
ini mempunyai konsep yang percaya manusia sebagai subjek yang mempunyai
kemampuan menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya serta mampu mengatasi
masalah – masalh yang mampu mengancam manusia itu sendiri.
2. Pendidikan
di anggap mampu merubah dan menyelamtkan manusia demi untuk masa depan.
3. Tujuan
pendidikan terus di artikan sebagai rekonstruksi yang terus- menerus dan
bersifat progressif.
4. Bahwa
Progres dan kemajuan lingkungan dan pengalaman merupakan perhatian dari aliaran
ini. Tidak merupakan idea atau angan –
angan saja melainkan harus di cari dengan memfungsikan jiwa sehingga
menghasilkan dinamika yang lain dalam hidup ini.
5. Aliran
ini menolak otoritas dan absolutisme dalam segala bentuk maka alairan ini
kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoritas dalam segala bentuk
seperti terdapat pada agama, politik, moral, ilmu pengetahuan. [19]
H. Filsafat Pendidikan Eksistensialime.
1.Orientasi
Umum.
Memfokuskan
pada pengalaman – pengalaman, individu secara umum eksistensialisme menetukan
pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakkan kongkrit dari
keberadaan manusia atau realitas. Beberapa tokoh aliran ini: Jean Paul Satre,
Saren Kierkegoard, Martin Buber, Martin Heideggar, Karls Jasper, Gabril Marcel,
Paul Tillich.[20]
Eksistensialisme adalah suatu penolakan
terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis, atau tidaki lmiah. Eksistensialime menolak bentuk
kemutlakan rasional,
Dengan demikian aliran ini hendak
memadukan hidup yang di miliki dengan pengalaman dan situasi sejarah yang ia
alami dan tidak mau terikat oleh hal – hal yang sifatnya abstrak serta
spekulatif, baginya kehidupan di mulai dengan keyakinan yang tumbuh pada
dirinya dan kemamouan serta keleluasaan jalan untuk mencapai keyakinan
hidupnya.
2.Dasar
Filosofis.
Pandangannya tentang pendidikan, di
simpulkan oleh Van Cleve Morris dalam Existensialisme and Education bahwa
eksisitensialisme tidak menghendaki adanya aturan- aturan pendidikan dalam
segala bentuk oleh sebab itu eksistensialisme dalam hal ini menolak bentuk –
bentuk pendidikan sebagaimana yang ada sekarang.
I.Filsafat Pendidikan Rekonstruksionalisme.
1.Orientasi
Umum.
Kata rekonstruksionalisme dalam
bahasa inggris reconstruct yang berarti menyusun
kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionalisme
adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern.[21]
Rekonstruksionalisme merupakan
kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir di dasari atas suatu
anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan
masalah – masalah masyarakat yang ada pada saat sekaranh ini.
Rekonstruksionalisme di pelopori oleh George Count dan Herold Rugg pada tahun 1930,
ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.[22]
2.Dasar
Filosofis.
a.
Pragmatisme.
Baik Rekonstruksionalisme
individualiastik dari John Dewey maupun rekonstruksionalisme social dari George
S.Cunt bersumber pada pragmatisme. Seperti telah di ketahui pragmatisme
menganggap kenyataan sebagi dunia pengalaman, yang di peroleh melalui pendirian
yang kebenaraanya terkandung pada kegunaannya dalam masyarakat.
b. Neopositivisme.
Sikap umum yang menjadi dasar
pemikiran kaum neopositivisme adalah humanisme ilmiah, yang menghargai harkat
dan martabat manusia dan mempunyai keyakinan teguh bahwa ilmu[23]
dapat di pergunakan untuk membangun masyarakat masa depan[24].
Aliran rekonstruksionalisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas
semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya intelektual
dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melaui pendidikan yang
tepat atas nilai dan norma yang benar pada demi generasi sekarang dan generasi
yang akan datang. Sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan manusia.
Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu merupakan suatu
dunia yang di atur, di perintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia
yang di kuasai oleh dunia tertentu.[25]
KESIMPULAN
Dari beberapa nilai alam filsafat
tersebut, penulis bisa menyimpulkan bahwa filsafat atau nilai-nilai aliran filsafat
pendidikan itu tidak bisa lepas dari pendidikan. Karena nilai filsafat dalam pendidikan itu
banayak berfungsi untuk memecahkan masalah – masalah dalam dunia pendidikan
Seperti dalam aliaran filsafat progresivisme yang mengatakan gerkan
pendidikan itu pada anak sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang
masih berpusat pada guru atau bahan pelajaran. Kemudian filsafat esensialisme
menentang anggapan dari kaum progresiv. Filsafat esensialisme mengatakan bahwa
gerakan progresif telah merusak standar- standar intelektual dan moral di
antara kaum muda. Di antaranya karakteristiknya adalah minat, dkk seperti yang
di ungkapkan dalam halaman sebelumnya.
Menurut penulis dari aliran-aliran
filsafat ini kemudain muncullah kurikulum – kurikulum dalam belajar mengajar.
Dan selalu melakukan pembenahan tentang kurikulum yang di pakai. Yang sekiranya
patut untuk di tempatkan sesuai dengan zaman.
PENUTUP
Demikian
uraian makalah yang kami sampaikan , semoga ini bisa bermanfaat bagi pembaca
dan yang terutama bagi penulis saendiri.
Dengan makalah ini yang awalnya kita
tidak tahu apa itu tentang aliran filsafat dalam pendidikan jadi tau. Yang
awalnya tidak tau tentang macam aliran filsafat pendidikan jadi tau. Yang
awalnya tidak tau apa manfaat aliran filsafat pendidikan jadi tau.
Kami , penulis sadar makalah ini
jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik bila ada
kesalahan. Demi menjadikan makalah ini supaya sempurna.
Sekian terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
1) Sadulloh,
Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung:
Alfabeta. April 2003.
2) As’adi,
Basuki dan M. Miftahul Ulum. Pengantar Filsafat Pendidikan. Ponorogo: STAIN PO
Press. Juni 2010.
3) Mudyahardjo,
Redja. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi AwalTentang
Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia. Jakarta:
PT. Grafindo Persada. Juli 2001.2001.
[1]Uyoh Sadulloh , Pengantar
Filsafat Pendidikan,( Bandung : Alfabeta, 2003), cet-1,96.
[2] Kita sama tahu dalam filsafat metafisika khusus antropologi ada
materialsma historis yang artinya manusia adalah tingkah lakunya yang pada
dasarnya terkait pada kehidupan dan penyediaan materi – materi untuk hidup.
Faktor- factor penentu tingkah laku manusia adalah cara menghasilkan sarana –
sarana untuk memenuhi kebutuhan pokonya.
[3] A. Spiritualisme : berkaitan dengan rasa dan rasa itu justru kalau
kita praktekkan dalam kehidupan sehari- hari, banyak pengetahuan spiritual itu
bersifat implicit artinya tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata justru
biasanya harus di rasakan ( http://old.noble.com/)
Senin 26 Maret 2012 jam 17:22.
B. Rasionalisme :paham yang
mendasarkan pada rasio sebagai sumber kebenaran tertinggi.
C. Supernturalisme : dalam kamus
ilmiah populer berarti bentuk kepercayaan pada hal – hal yang diluar atau jauh
dari kebenaran empiris atau suatu anggapan yang mengatakan bahwa di ala mini
ada kekuatan yang jauh lebih tinggi. Lebih lanjut buka ( http://scribd.com/) Senin 26 Maret 2012 jam 17:
34.
[4] Uyoh Sadulloh, Pengantar
Filsafat Pendidikan, ( Bandung : Alfabeta, 2003 ), cet -1,97-98.
[5] Masyarakat ideal/ masyarakat madani adalah masyarakat yang
berbudaya maju, modern, setiap warganya menyadari tentang hak- hak dan
kewajibannya terhadap Negara, bangsa dan Negara serta terhadap sesame, dan
menjunjung tiggi hak asasi manusia.
[6] Skolastisime adalah nama
sebuah periode di abad pertengahan yang di mulai abad ke 9 hingga abad ke 15 .
Masa ini di tandai dengan munculnya banyak sekolah dan pengajar ulung. Selain
itu skolastik juga menjauh pada metode tertentu , yakni metode yang
mempertanyakan dan menguji berbagai hal secara kritis dan rasional ,
dipredebatkan , lalu di ambil pemecahannya . Ciri metode skolastik adalh
kerasionalan dari apa yang di hasilkan.
[7] “Carilah ilmu walau sampai ke negri Cina , karena sesungguhnya
menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim”. (HR. Baihaqi).
[8] Watak adalah karakter atau
pribadi seseorang. Watak tidak bisa untuk di rubah tapi yang bisa di rubah
adalah sikap.
Akal adalah kelebihan yang di berikan Allah hanya khusus pada manusia.
Sehingga Rasul pernah berkata manusia adalah hewan yang berakal.
Pikiran adalah bagian dari pad akal atau juga sering di namakan
aktifitas yang selalu di lakukan oleh otak.
Otak adalah adalah salah satu bagian dari organ manusia berbentuk wujud
dan bisa di amati terletak di tenglorak.
[9] Ibid, 98-130.
[10] Argumen kosmologi : Setiap akibat memiliki sebab. Dunia (kosmos)
adalah akibat dari sebab di luar dirinya sendiri . Jadi penyebab adanya dunia
adalah Tuhan.
[11] Basuki As’adi dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Ponorogo : STAIN Po Press, 2010 ),cet-1, 17.
[12] Redja Mudyahardja, Pengantar
Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar- Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan
Pendidikan Di Indonesia ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), cet-1,
164-165.
[13] Uyoh Sadulloh, Pengantar
Filsafat Pendidikan ( Bandung: Alfabeta, 2003), cet-1, 151.
[14] Redja Mudyahardja, Pengantar
Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar- Dasar Pendiidkan Pada Umumnya Dan
Pendidikan Di Indonesia ( Jakarta : Pt. Raja Grafindo Persada, 2001), cet-1, 166.
[15] Basuki As’adi dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Ponorogo: STAIN Po Press, 2010),
Cet-1, 19.
[16] Uyoh Sadulloh, Pengantar
Filsafat Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2003), cet -1, 158.
[17] Redja Mudyahardjo, Pengantar
Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar – dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan
Pendidikan DI Indonesia, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001)
,cet-1, 162.
[18] Ibid, 142- 143.
[19] Basuki As’adi dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidka , (Ponorogo: STAIN Po Press,2010),cet-1
,27-28.
[20] http:// www.blog.UIN-Malang-ac.id/Fityanku/2011/12/13/fil- pend/
(Rabu, 28-3-2012) jam 20:25.
[21] Basuki As’adi dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Ponorogo: STAIN Po Press, 2010),
cet-1,29-30.
[22] Redja Mudyahardjo, Pengantar
Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar- Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan
Pendidikan Di Indonesia, ( Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001), cet-1,
167.
[23] Ilmu adalah pengetahuan
tentang sesuatu bidang yang di susun secara bersistem menurut metode- metode
tertentu yang dapat di gunakan untuk menerangkan gejala- gejala tertentu di
bidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
“Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by
observation and testing of Fact” (And English reader’s dictionary).
“Science is a systematized knowledge obtained by study, observation,
experiment” (Webster’s super New School and Office Dictionary).
Dari pengertian di atas nampak bahwa
ilmu memeng mengandung arti pengetahuan, tapi arti pengetahuan dengan cirri-
cirri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis ( Sa’ad Ibrahim) atau
menurut Moh Hatta (1954:5)” Pengetahuan yang di dapat dengan jalan keterangan
di sebut ilmu”.
[24] Redja Mudyahardjo, Pengantar
Pendiidkan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan
Pendidikan Di Indonesia, ( Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001), cet-1,
155-156.
[25] http://www.kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/
aliaran-rekonstruksionalisme-dalam pendidikan/(Rabu,28-03/2012) jam 22.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar