Senin, 18 Februari 2013

Filsafat Pend


KATA PENGANTAR
           
            Alhamdullilah tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang melimpahkan rahmat taufik serta hidayah-Nya , sehingga makalah ini dapat terselesaikan .
            Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW , yang telah membimbing umatnya dari zaman jahilliyah menuju jaman penuh terang benderang ini.
            Dan tak lupa tim penulis ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu dan teman – teman di kelas PGMI- C semester 2 yang telah membantu tim penulis untuk menyelesaikan makalah ini bantuan nya adalah berupa support pada kami.
            Kami sadar makalh ini jauh dari sempurna, tapi setidaknya dengan adanya makalah ini dapat membantu saudara – saudara dan teman – teman untuk mengetahui tentang tipologi alran filsafat pendidikan.
            Kami sebagai penulis minta teguran dan tambahan supaya makalh ini bisa jauh lebih baik.
            Dengan di susunnya makalah ini tim penulis berharap semoga bermanfaat khususnya bagi tim penulis dan umumnya bagi pembaca. Dan menjadi amal ibadah kami.
            Amin.





Ponorogo , 26 Maret 2012


Tim Penulis


DAFTAR ISI
                KATA PENGANTAR                          :  ……………………………………………………………………...  1
                DAFTAR ISI                                          :  ……………………………………………………………………..   2
                PENDAHULUAN                                                :  ……………………………………………………………………..   3
                ISI                                                           :  A.FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME …………..   4-5
                                                                                   B. FILSAFAT PENDIDKAN REALISME  …………..    5-7
                                                                                   C. FILSAFAT PENDIDIKAN MATERIALISME …      7-8
                                                                                   D. FILSAFAT PENDIDIKAN PRAGMATISME …..  8-9
                                                                                   E. FILSAFAT PENDIDIKAN PARENIALISME ……   9-10
                                                                                   F. FILSAFAT PENDIDIKAN ESENSIALISME ……     10-11
                                                                                   G. FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME …  11-12
                                                                                   H. FILSAFAT  PENDIDKAN EKSISTENSIALISME ..                12
                                                                                   I. FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME  ..  13
                KESIMPULAN                                     : ……………………………………………………………………….  14
                PENUTUP                                            : ……………………………………………………………………….  15
                DAFTAR PUSTAKA                           : ………………………………………………………………………    16
                                                                       








PENDAHULUAN
           
Seperti telah di jelaskan pada bab terdahulu bahwa filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum , maka dalam membahas filsafat pendidkan akan berangkat dari filsafat . Dalam arti , filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil – hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas , pengetahuan dan nilai.
Dalam filsafat terdapat berbagai mahzab , aliran – aliran seperti materialism, idealism , realisme , pragmatism, dll. Karena filsafat merupakan terapan dari fisafat , sedangkan filsafat beraneka ragam macam alirannya , maka dalam filsafat pendidikan pun kita temukan berbagai aliran , sekurangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri . Penulis kemukakan “sekurang –kurangnya “ , karena masih terdapat merupakan filsafat pendidikan merupakan ekletik dari berbagai pandangan filsafat pendidikan yang telah ada. [1]















ISI
A.Filsafat Pendidikan Idealisme.
1. Realitas.
            Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh,  bukan materi[2] , bukan fisik. Parmenides filosof dari Elec ( Yunani Purba ) , berkata “ Apa yang tidak dapat di pikirkan adalah tidak nyata.
            Menurut Plato seorang fi losof idealisme klasik ( Yunani Purba ) menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita.
            Schoupenhour menyatakan bahwa duna adalah ide saya.
            Hegel menyatakan bahwa roh yang mengungkapkan diri dengan alam dengan maksud agar roh tesebut sadar akan dirinya sendiri.
            Termasuk dalam paham idealism adalah spiritualisme, rasionalisme, supernaturalisme[3]. Bagi penganut aliran idealism fungsi mental adalah apa yang tampak dalam tingkah laku , Oleh karena itu jasmani atau badan sebagai materi merupakan alat jiwa , alat roh , untuk melaksanakan tujuan , keinginan, dan dorongan jiwa manusia .
            Plato mengatakan ,“Jiwa manusia sebagai roh yang berasal dari  ide eksternal dan sempurna”.
            Imanuel Kant mengatakan , “ Manusia bebas dan di tentukan “, artinya manusia bebas sepanjang ia sebagai spirit ( jiwa ) sedangkan ia terkait berarti manusia juga merupakan makhluk fisik yang tunduk terhadap hukum alam.
2. Pengetahuan.
            Tentang teori pengetahuan , idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang di peroleh melelui indera adalah tidak pasti atau tidak lengkap, karena dunia merupakan tiruan belaka sifatnya maya ( bayangan ) yang menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya , pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka karena benda dapat membentuk spiritual murni dan benda – benda di luar penjelmaan material, menurut Plato[4].

3.Nilai.
            Menurut pandangan idealisme , nilai itu absolute . Apa yang di katakana baik, benar , salah , cantik, atau tidak cantik secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak di ciptakan manusia melainkan merupakan bagian dari alam semesta .
            Plato mengatakan bahwa jika manusia tahu apa yang dikatakan baik , mereka tidak akan berbuat hal – hal yang bertentangan dengan moral. Kejahatan terjadi karena orang tidak tahu bahwa perbuatan tersebut jahat. Jika seseorang menemukan sesuatu yang benar maka orang tersebut tidak akan berbuat salah. Namun aka nada sebuah permasalahan bagaimana itu bisa di lakukan padahal manusia mempunyai pandangan yang sangat berbeda dalam pikirannya bagaiamana tentang hidup yang baik. Dalam hal ini Plato manjawab , bahwa hakikatnya penemuan hidup yang baik merupakan tugas intelektual, seperti halnya menemukan kebenaran matematika. Selanjutnya Plato mengatakan , bahwa kehidupan yang baik hanya dapat terwujud dalam masyarakat yang ideal[5] yang dapat di perintah oleh The philopher kings. Yaitu kaum intelektual para ,ilmuwan, atau para cendekiawan.
4.Pendidikan.
            Dalam hubungannya dengan pendidikan , idealisme member sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori pendidikan khususnya filsafat pendidikan.
            Filsafat idealisme di turunkan dari filsafat metafisik yang menekanakan pertumbuhan rohani . Kaum idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari spiritual yang memiliki pembawaan spiritual sesuai dengan potensialitasnya.
            Oleh karena itu pendidikan harus mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus menekankan kesesuaian batin antar anak dan alam semesta , it must emphasize the inonte harmony between man and universe (Kneller 971:9).
            Menurut  Power  (1982:8) tentang implikasi filsafat pendidikan idealisme adalah ;
Ø  Tujuan pendidikan      :Pendidikan formal maupun informal bertujuan untuk membentuk karakter dan mengembangkan kemampuan dasar serta kebaktian social.
Ø  Kedudukan siswa       : Bebas untuk mengembangkan kemampuan pribadi atau bakatnya.
Ø  Peranan Guru              : Bekerja sama dengan alam proses pengembangan manusia terutama bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan siswa.
Ø  Kurikulum                   : Pendiidkan liberal untuk pengembangan kemampuan rasional dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.
Ø  Metode                                    : Di utamakan metode dialetika tapi metode lain yang lebih efektif boleh di manfaatkan.
B.Filsafat Pendiidkan Realisme.
            Realisme merupakan filsafat yang memandang realitassecara dualitis. Realisme ini berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monitis. Realisme berpandapat bahwa hakikat realitas adalah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani.
            Realisme membagi atas dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia yang dapat di jadaikan sebagai objek pengetahuan manusia.
            Realisme memiliki beraneka ragam bentuk . Kneller membagi menjadi 2 bagian yaitu : Realisme rasional dan realisme naturalis.
a)      Realisme rasional.
Dapat di definisikan pada dua aliran yaitu realism klasik dan realisme religius . Bentuk utama dari realisme religius adalah “scholostisisme” [6]. Realisme klasik merupakan filsafat yang pertama kali di kembangkan oleh Aristoteles , sedang realism religius terutama scholotisisme di kembangkan oleh Thomas Aquina . Realisme klasik maupun realism religius menyetujui bahwa dunia materi adalah nyata , dan berada di luar pikiran (ide ) yang mengamatinya.
ü  Realisme Klasik.
Realisme klasik oleh Brubacher (1950) di sebut humanisme rasional . Realisme ini pada umumnya berpandangan bahwa manusia pada umunya punya ciri rasional . Dunia di kenal mellui akal , di mulai dengan self evident, di mana manusia dapat menjangkau kebenran umum. Self evident merupakan asas untuk membuktikan kebenaran umum.
Bahan pendidikan yang esensial bagi aliran ini , yaitu pengalaman manusia yang merupakan penyatuan dan pengulangan dari pengalaman manusia.
Maka dari ini penulis bisa berpendapat bahwa pendidikan itu tidak hanya di dapat dari sekolah tapi juga dari keluarga , masyrakat , dsb. Dan anggapan tentang penidikan yang cukup 12 taun, dan tidak melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi itu tidak mempunyai resiko, atau  di katakan manusia yang tidak berpendidika.Karena itu tadi pendidikan itu tidak hanya di sekolah tapi berbagai aspek bisa untuk pendidikan bagi manusia. Apabila ada ungkapan untuk mencari ilmu [7]Allah itu merupakan sebuah kebenaran atau untuk mencari kebodohan di hadapan Allah itu juga merupakan sebuah kebenaran.
ü  Realisme Religius.
Dalam pandangannya tampak dualitas . Ia berpendapat bahwa terdapat dua order yang terdiri atas order  natural dan order supernatural . Kedua order ini berpusat pada Tuhan. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri , guna mencapai yang abadi yang mengambil tempat dalam alam. Hakikat kebenaran dan kebaikan memilik makna dalam pandangan filsafat ini. Kebenaran bukan di buat , melainkan sudah di tentukan , di mana belajar harus mencerminkan sikap tersebut.
Menurut realism Religius , karena keteraturan dank eharmonisan alam sebagai ciptaan Tuhan , maka manusia harus memepelajari alam sebagai ciptaan Tuhan . Tujuan utam pendidikan adalah mempersiapkan individu untuk dunia dan akhirat.

b)      Realisme Natural Ilmiah.
Mengatakan  bahwa manusia adalah organism biologis dengan sistem saraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan social
Berpikir merupakan fungsi yang sangat kompleks kenbanyakkan penganut realisme natural menolak eksistensi aturan bebas. Mereka berpendapat dalam hal bahwa individu ditentukan oleh akibat lingkungan pisik dan social dalam struktur geneticnya.
Mengenai konsep pendidikan realism natural , Brucher (1950)mengatakan bahwa pendidikan berkekutan deng dunia disini dan di dunia sekarang.
Jiwa (mind) merupakan produk alam dan bersifat biologis. Dunia ini bukan merupakanproduk alam dan bersifat biologis, berkembang dengan , cara menyesesuaikan diri denganm cara menyesuaiksn  diri dengn alam pendiidkan realism aturan haruslah satu .
Haruslah ilmiah dan yang menjadi objek penelitiannya adalah kenyataan.
C. Neo- Realisme dan realisme kritis.
            Menurut pandanggan Breed , Filsafat pendiidkan hendaknya harmon dengan prinsip- prinsip denokrasi . Menutut Henderson “bahwa semua aliran filsafat pendidikan memiliki beberapa persamaan”.
            Semua aliran filsafat pendidikan menyetujui bahwa :
§  Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki- laki dan wanita menjadi lebih hebat dan kuat.
§  Tugas manusia di dunia adalah menunjukkan keadilan dan kesejahteraan umum.
§  Kita seharusnya memandang bahwa tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah- masalah pendidikan.

C. Filsafat Pendidikan Materialisme.
            Hubungan antara filsafat pendidikan materialaisme dengan pendidikan . Pada dasarnya tidak menyusun konsep pendidikan secara eksplisit . Bahkan menurut Henderson (1959), materialaisme belum pernah menjadi penting dalam menentukan sumber teori pendidikan.
            Power  ( 1982) mengemukakan beberapa implikasi pendidikan positivisme behaviorisme yang bersumber pada filsafat materialisme sebagai berikut :
§  Tema                           :  Manusia yang baik dan efisien di hasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah dan seksama.
§  Tujuan Pendidikan     : Perubahan perilaku mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya , untuk tanggung jawab hidup social dan pribadi yang kompleks.
§  Kurikulum                  : Isi kurikulum pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat di percaya, handal dan di organisasi.
§  Metode                       : Semua pelajaran di hasilkan dengan kondisionisasi ( SR conditioning ) Operant conditioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetensi.
§  Kedudukan siswa       : Tidak ada kebebasan , perilaku di tentukan oleh kekuatan dari luar . Pelajaran sudah di rancang.
§  Peranan Guru              : Guru mempunyai kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan dan dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
 Penulis beranggapan sama dengan yang dinyatakan Henderson yang mengatakan nilai filsafat ini belum pernah menjadi penting dalam menentukan sumber tepri pendidikan. Dengan di dukung alasan yang di kemukakan oleh Power tentang kedudukan siswa yang tidak di beri kebebasan, perilaku di tentukan oleh kekuatan dari luar dan pelajaran sudah di rancang. Ini artinya ada pemisahan yang jelas antara Guru dan  murid. Dan penulis juga menggangap ini sudah tidak relevan bila di gunakan pada kurikulum pendidikan sekarang ini.

D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme .
1. Orientasi Umum.
            Filsafat pragmatism di pandang sebagai filsafat Amerika asli. Padahal ini berasl dari filsafat empirisme Inggris yang berpendapat bahwa “manusia dapat mengetahui tentang apa yang manusia alami”.
            Pendiri filsafat pragmatisme di Amerika adalah Charles Sandre Pierce ( 1839-1914), William James (1842-1910), Dan John Dewey ( 1859- 1952 ). Ketiga filsafat ini berbeda pada metodologi maupun kesimpulannya .
            Istilah pragmatisme berasal dari perkataan pragma artinya praktik atau akan berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dapat di lakukan.
            Teori pragmatisme tentang perubahan yang terus menerus di dasari pandangan Heraoleitas, seorang filsafat Yunani , dengan teori pantarei artinya mengalir secara terus- menerus, Heracleitas berpendapat bahwa tidak ada sungai yang di aliri oleh air yang sama. Bagi pragmatisme tidak di kenal istilah metafisiska, karena mereka tidak pernah memikirkan hakikat di balik realitas yang di alami dan di amati oleh pancaindera manusia . Realitas adalah apa yang dapat di amati dan di alami secar inderawi.
            Watak[8] pragmatism adalah ukuran segala- galanya . Tujuan dan car meencapai tujuan pendiidkan harus secara ilmiah dan rasional.
2.Dasar filosofis.  
A. Konsep Pendidikan.
            Tiadak dapat di sangkal lagi nahwa pragmatisme telah memberikan suatu sumbangan yang sangat besar terhadap teori pendidikan. John Dewey merupakan tokoh pragmatisme yang secar eksplisit membahas pendidikan, dan secara sistematis menyusun teori pendidikan yang di dasarkan atas filsafat pragmatisne.
            John Dewey mengemukakan perlunya atau pentingnya pendidikan yang berdasr atas tiga asas pokok pemikiran yaitu :
·         Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup                     :  Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup karena anggapan bahwa pendidikan selain sebagai alat pendidikan juga berfungsi sebagai pembaruan hidup ( a renewal life ) .
·         Pendidikan sebagai pertumbuhan                               : Pertumbuhan terjadi karena kebelum matangan itu sendiri, Kebelum matangan itu si anak memiliki kapasitas pertumbuhan potensi yaitu tumbuh  kapasitas yang dapat tumbuh menjadi sesuatu yang berlainan , karena poengaruh yang datang dari luar.
·         Pendiidkan sebagai fungsional                                               : Dalam hal ini lingkungan merupakan syarat bagi pertumbuhan dan fungsi pendidikan merupakan a process of leading and bringing up (Dewey , 1964 ). Pendiidkan merupakan suatu cara yang di tempuh masyarakat dalam memebimbing anak yang masih belum matang menurut bentuk susunan social sendiri.
B. Tujuan Pendidikan.
            Objektivitas tujuan pendidikan harus di ambil dari masyarakat , di mana si anak hidup , di mana pendidikan berlangsung dalam kehidupan . Tujuan pendidikan tidak berada di luar kehidupan , melainkan berada di dalam kehidupan sendiri. Seperti telah di uraikan , bahwa esensi realitas adalah perubahan tidak ada kebenaran mutlak , serta nilai itu relatif , maka berkaitan dengan tujuan pendidikan , menurut pragmatisme tidak ada tujuan yang tetap dan pasti yang berlaku secara universal.  Yang ada hanyalah tujuan khusus belaka., tidak ada tujuan yang berlaku dan universal . Jadi tujuan pendidikan tidak dapat di tetapkan pada semua masyarakat kecuali apabila yerdapat hubungn timbale balik antar masing- masing individu dalam masyarakat tersebut.
C. Proses Pendidikan.
            Menurut pragmatisme pelajaran harus di dasrkan atas fakta – fakta yang sudah di observasi , di pahami serta di bicarakan sebelumnya. Bahan pelajaran harus mengandung ide- ide yang dapat mengembangkan situasi untuk mencapai tujuan dan harus ada hubungannya dengan materi pelajaran . Pendidikan dalam setiap fase atau tingkatan harus memiliki criteria untuk memanfaatkan kehidupan social , yang sangat fundamental dalam kehidupan masyarakat.[9]    
E.Filsafat Pendidikan Parenialisme.

1.Orientasi Umum.
            Parenialisme bersal dari kata  parenial , yang dalam Oxford Advanced learner Dictionary of Current English, di artikan sebagai continuitng throughout the whole year atau  lasting for a very long time “-‘ abadi atau kekal dan dapat pula berarti terus dan tiada akhir.Dengan demikian esensi parenialisme adalah berpegeng pada nilai – nilai atau norma – norma yang bersifat kekal abadi. Selanjutnya parenailisme melihat bahwa akibat [10]atau ujung dari kehidupan zaman modern telah menimbulkan banyak krisis di berbagai bidang kehidupan manusia. Untuk mengobati zaman yang sedang sakit ini , aliran ini memberikan konsep jalam keluar .Regressive road cultural  yaitu kembali kepada kebudayaan masa lampau yang masih ideal[11].
            Parenialisme adalah gerakan pendidikan yang pendidikan yang memprotes terhadap gerakan pendidikan progresivisme . Yang menginginkan supernatural.Parenailisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai – nilai universal itu ada , dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran – kebenaran nilai tersebut[12].
            Kaum parenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta membahayakan , seperti kita rasakan dewasa ini, tidak ada satupun yang bermanfaat dari padakepastian tujuan pendidikan , serta kesatabilan dari perilaku pendidik[13].
            Kami sebagi penulis beranggapan bahwa aliran filasafat aliaran ini lebih mengambil nilai – nilai sebuah kebijakan dari sebuah kejadian atau sering di sebut dengan hikmah.Kemudian kami beropini mungkin nilai filsafat ini yang kelaknya pantas di terapkan di Indonesia sekarang ini. Meski saat ini Indonesia telah berupaya penuh untuk memjukan pendidikannya.Dasar kurikulum suatu saat nanti bisa diambil dari nilai filsafat ini.
2. Dasar Filosofis.
            Orientasi pendidikan parenialisme adalah scholostisisme atau Neo- Theisme , yang memandang bahwa kenyataan sebagai sebuah dunia akal pikiran dan Tuhan, pengetahuan yang benar di peroleh melalui berpikir dan keimanan serta kebaikan berdasarkan perbuatan rasional.[14]
            Adapun norma Fundamental pendidikan menurut J. Montain adalah cinta kebenaran , cinta kebaikan dan keadilan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerja sama.[15]

F.FIlsafat Pendidikan Esensialisme.
1. Orientasi Umum.
            Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya ,  seperti William C. Bagley, Thomas Briggs , Ferderick Breed , dan Isac Knedell. Bagley sebagai pelopor esensialisme adalah seorang guru besar  pada “Teacher College” , Columbia University . Ia yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepede generasi muda.[16]
            Karakteristik Esensialisme menurut Beagley adalah sebagai berikut :
·         Minat – minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya – upaya belajar awal yang memikat atau menarik perhatian  bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.
·         Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah melekat dalam masa bakti yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spesies manusia.
·         Karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakkan disiplin adalah suatu cara yang di perlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
·         Esensialisme menawarkansebuah teori yang kokoh kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah- sekolah pesaingnya ( progresivisme) memberikan sebuah teori lemah.
2.Dasar filosofis.
            Esensialisme merupakan gerakan pendidikan yang bertumpu pada mazhab filsafat idealisme dan realisme. Meskipun kaum idealisme dan kaum realisme berbeda pandangan filsafatnya, mereka sepaham bahwa:
A.    Hakekat manusia yang mereka anut member makna pendidikan bahwa anak harus menggunakan kebebasannya, dan ia memerlukan disiplin orang dewasa untuk membantu dirinya, dan
B.     Manusia dalam memilih suatu kebenaran untuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya mengandung makna pendidikan bahwa generasi muda perlu belajar untuk mengemban setinggi- tingginya dan kesejahteraan social.[17]
G. Filsafat Pendidikan Progresivisme.
1. Orientasi umum.
            Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelengaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak  ( child centered ), sebagai reaksi terhadap pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher centered) atau bahan pelajaran ( subject centered ). Faktor – factor pendorong lahirnya progresivisme Di  USA adalah adalah :
®    Semangat radikalisme dan reformasi yang di mulai di sekolah yang di pimpin oleh Francis W. Parker.
®    Masuknya aliaran Froebelianisme, yang menekankan pada perwujudan diri melalui kegiatan sendiri, dan pengunaan montessari , metode yang menekankan pada pendidikan sendiri.
®    Perluasan studi tentang perkembangan anak secara ilmiah (psikologi perkembangan).[18]
2. Dasar Filosofis.
            a. Realisme Spiritualistik.
            Gerakan pendidikan progressive bersumber dari prinsip – prinsip spiritualistik ,kreatif, dan Froebel serta mentassari juga ilmu baru tentang perkembangan anak.
b. Humanisme Baru.
Paha mini menekankan pada penghargaan terhadap martabat dan harkat manusia sebagai individu. Denga demikian orientasinya individualistic.




            Beberapa karakteristik aliran progresivissme;
1.      Aliran ini mempunyai konsep yang percaya manusia sebagai subjek yang mempunyai kemampuan menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya serta mampu mengatasi masalah – masalh yang mampu mengancam manusia itu sendiri.
2.      Pendidikan di anggap mampu merubah dan menyelamtkan manusia demi untuk masa depan.
3.      Tujuan pendidikan terus di artikan sebagai rekonstruksi yang terus- menerus dan bersifat progressif.
4.      Bahwa Progres dan kemajuan lingkungan dan pengalaman merupakan perhatian dari aliaran ini. Tidak merupakan idea  atau angan – angan saja melainkan harus di cari dengan memfungsikan jiwa sehingga menghasilkan dinamika yang lain dalam hidup ini.
5.      Aliran ini menolak otoritas dan absolutisme dalam segala bentuk maka alairan ini kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoritas dalam segala bentuk seperti terdapat pada agama, politik, moral, ilmu pengetahuan. [19]
H. Filsafat Pendidikan Eksistensialime.
1.Orientasi Umum.
            Memfokuskan pada pengalaman – pengalaman, individu secara umum eksistensialisme menetukan pilihan kreatif, subjektifitas  pengalaman manusia dan tindakkan kongkrit dari keberadaan manusia atau realitas. Beberapa tokoh aliran ini: Jean Paul Satre, Saren Kierkegoard, Martin Buber, Martin Heideggar, Karls Jasper, Gabril Marcel, Paul Tillich.[20]
            Eksistensialisme adalah suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis, atau  tidaki lmiah. Eksistensialime menolak bentuk kemutlakan rasional,
            Dengan demikian aliran ini hendak memadukan hidup yang di miliki dengan pengalaman dan situasi sejarah yang ia alami dan tidak mau terikat oleh hal – hal yang sifatnya abstrak serta spekulatif, baginya kehidupan di mulai dengan keyakinan yang tumbuh pada dirinya dan kemamouan serta keleluasaan jalan untuk mencapai keyakinan hidupnya.
2.Dasar Filosofis. 
            Pandangannya tentang pendidikan, di simpulkan oleh Van Cleve Morris dalam Existensialisme and Education bahwa eksisitensialisme tidak menghendaki adanya aturan- aturan pendidikan dalam segala bentuk oleh sebab itu eksistensialisme dalam hal ini menolak bentuk – bentuk pendidikan sebagaimana yang ada sekarang.




I.Filsafat Pendidikan Rekonstruksionalisme.
1.Orientasi Umum.
            Kata rekonstruksionalisme dalam bahasa inggris reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionalisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.[21]
            Rekonstruksionalisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir di dasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah – masalah masyarakat yang ada pada saat sekaranh ini. Rekonstruksionalisme di pelopori oleh George Count dan Herold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.[22]
2.Dasar Filosofis.
            a. Pragmatisme.
            Baik Rekonstruksionalisme individualiastik dari John Dewey maupun rekonstruksionalisme social dari George S.Cunt bersumber pada pragmatisme. Seperti telah di ketahui pragmatisme menganggap kenyataan sebagi dunia pengalaman, yang di peroleh melalui pendirian yang kebenaraanya terkandung pada kegunaannya dalam masyarakat.
            b. Neopositivisme.
            Sikap umum yang menjadi dasar pemikiran kaum neopositivisme adalah humanisme ilmiah, yang menghargai harkat dan martabat manusia dan mempunyai keyakinan teguh bahwa ilmu[23] dapat di pergunakan untuk membangun masyarakat masa depan[24]. Aliran rekonstruksionalisme berkeyakinan  bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melaui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pada demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan manusia. Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu merupakan suatu dunia yang di atur, di perintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang di kuasai oleh dunia tertentu.[25]


KESIMPULAN
            Dari beberapa nilai alam filsafat tersebut, penulis bisa menyimpulkan bahwa filsafat atau nilai-nilai aliran filsafat pendidikan itu tidak bisa lepas dari pendidikan.  Karena nilai filsafat dalam pendidikan itu banayak berfungsi untuk memecahkan masalah – masalah dalam dunia  pendidikan  Seperti dalam aliaran filsafat progresivisme yang mengatakan gerkan pendidikan itu pada anak sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru atau bahan pelajaran. Kemudian filsafat esensialisme menentang anggapan dari kaum progresiv. Filsafat esensialisme mengatakan bahwa gerakan progresif telah merusak standar- standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Di antaranya karakteristiknya adalah minat, dkk seperti yang di ungkapkan dalam halaman sebelumnya.
            Menurut penulis dari aliran-aliran filsafat ini kemudain muncullah kurikulum – kurikulum dalam belajar mengajar. Dan selalu melakukan pembenahan tentang kurikulum yang di pakai. Yang sekiranya patut untuk di tempatkan sesuai dengan zaman.  




               












PENUTUP
                Demikian uraian makalah yang kami sampaikan , semoga ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan yang terutama bagi penulis saendiri.
            Dengan makalah ini yang awalnya kita tidak tahu apa itu tentang aliran filsafat dalam pendidikan jadi tau. Yang awalnya tidak tau tentang macam aliran filsafat pendidikan jadi tau. Yang awalnya tidak tau apa manfaat aliran filsafat pendidikan jadi tau.
            Kami , penulis sadar makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik bila ada kesalahan. Demi menjadikan makalah ini supaya sempurna.
            Sekian terima kasih.



















DAFTAR PUSTAKA
1)      Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta. April 2003.
2)      As’adi, Basuki dan M. Miftahul Ulum. Pengantar  Filsafat Pendidikan. Ponorogo: STAIN PO Press. Juni 2010.
3)      Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi AwalTentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Juli 2001.2001.


































































[1]Uyoh Sadulloh , Pengantar Filsafat  Pendidikan,( Bandung : Alfabeta, 2003),  cet-1,96.

[2] Kita sama tahu dalam filsafat metafisika khusus antropologi ada materialsma historis yang artinya manusia adalah tingkah lakunya yang pada dasarnya terkait pada kehidupan dan penyediaan materi – materi untuk hidup. Faktor- factor penentu tingkah laku manusia adalah cara menghasilkan sarana – sarana untuk memenuhi kebutuhan pokonya.
[3] A. Spiritualisme : berkaitan dengan rasa dan rasa itu justru kalau kita praktekkan dalam kehidupan sehari- hari, banyak pengetahuan spiritual itu bersifat implicit artinya tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata justru biasanya harus di rasakan ( http://old.noble.com/) Senin 26 Maret 2012 jam 17:22.
B. Rasionalisme :paham yang mendasarkan pada rasio sebagai sumber kebenaran tertinggi.
C. Supernturalisme : dalam kamus ilmiah populer berarti bentuk kepercayaan pada hal – hal yang diluar atau jauh dari kebenaran empiris atau suatu anggapan yang mengatakan bahwa di ala mini ada kekuatan yang jauh lebih tinggi. Lebih lanjut buka ( http://scribd.com/) Senin 26 Maret 2012 jam 17: 34.


[4] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, ( Bandung : Alfabeta, 2003 ), cet -1,97-98.
[5] Masyarakat ideal/ masyarakat madani adalah masyarakat yang berbudaya maju, modern, setiap warganya menyadari tentang hak- hak dan kewajibannya terhadap Negara, bangsa dan Negara serta terhadap sesame, dan menjunjung tiggi hak asasi manusia.
[6] Skolastisime adalah nama sebuah periode di abad pertengahan yang di mulai abad ke 9 hingga abad ke 15 . Masa ini di tandai dengan munculnya banyak sekolah dan pengajar ulung. Selain itu skolastik juga menjauh pada metode tertentu , yakni metode yang mempertanyakan dan menguji berbagai hal secara kritis dan rasional , dipredebatkan , lalu di ambil pemecahannya . Ciri metode skolastik adalh kerasionalan dari apa yang di hasilkan.
[7] “Carilah ilmu walau sampai ke negri Cina , karena sesungguhnya menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim”. (HR. Baihaqi).
[8]  Watak adalah karakter atau pribadi seseorang. Watak tidak bisa untuk di rubah tapi yang bisa di rubah adalah sikap.
    Akal adalah kelebihan yang di berikan Allah hanya khusus pada manusia. Sehingga Rasul pernah berkata manusia adalah hewan yang berakal.
    Pikiran adalah bagian dari pad akal atau juga sering di namakan aktifitas yang selalu di lakukan oleh otak.
    Otak adalah adalah salah satu bagian dari organ manusia berbentuk wujud dan bisa di amati terletak di tenglorak.
[9]  Ibid, 98-130.
[10] Argumen kosmologi : Setiap akibat memiliki sebab. Dunia (kosmos) adalah akibat dari sebab di luar dirinya sendiri . Jadi penyebab adanya dunia adalah Tuhan.
[11] Basuki As’adi dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Ponorogo : STAIN Po Press,  2010 ),cet-1, 17.
[12] Redja Mudyahardja, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar- Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), cet-1, 164-165.
[13] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan ( Bandung: Alfabeta, 2003), cet-1, 151.
[14] Redja Mudyahardja, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar- Dasar Pendiidkan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia ( Jakarta : Pt. Raja Grafindo Persada, 2001),  cet-1, 166.
[15] Basuki As’adi dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Ponorogo: STAIN Po Press, 2010), Cet-1, 19.
[16] Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, ( Bandung: Alfabeta, 2003), cet -1, 158.
[17] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar – dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan DI Indonesia, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001) ,cet-1, 162.
[18] Ibid, 142- 143.
[19] Basuki As’adi dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidka , (Ponorogo: STAIN Po Press,2010),cet-1 ,27-28.
[20] http:// www.blog.UIN-Malang-ac.id/Fityanku/2011/12/13/fil- pend/ (Rabu, 28-3-2012) jam 20:25.
[21] Basuki As’adi dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Ponorogo: STAIN Po Press, 2010), cet-1,29-30.
[22] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar- Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia, ( Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001), cet-1, 167.
[23] Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang di susun secara bersistem menurut metode- metode tertentu yang dapat di gunakan untuk menerangkan gejala- gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
“Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by observation and testing of Fact” (And English reader’s dictionary).
“Science is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment” (Webster’s super New School and Office Dictionary).
Dari pengertian di atas nampak bahwa ilmu memeng mengandung arti pengetahuan, tapi arti pengetahuan dengan cirri- cirri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis ( Sa’ad Ibrahim) atau menurut Moh Hatta (1954:5)” Pengetahuan yang di dapat dengan jalan keterangan di sebut ilmu”.  
[24] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendiidkan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia, ( Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001), cet-1, 155-156.
[25] http://www.kukuhsilautama.wordpress.com/2011/03/31/ aliaran-rekonstruksionalisme-dalam pendidikan/(Rabu,28-03/2012) jam 22.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar