TUGAS iNDIVIDU
Tugas ini di kumpulkan
untuk memenuhi tugas “ SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM.
DOSEN PENGAMPU:
M.
Widda Juhan, S.Ag, M.Si.
Oleh:
Muh.Shulthon. Rahmandhani
( 07 ) ( 210611079 ).
Kelas : PG.C
JURUSAN
TARBIYAH
PRODI
PGMI / SEMESTER III
SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM
NEGERI
STAIN ( PONOROGO )
JL. PRAMUKA NO. 156 TELP. 0352-481277 FAX O352-461893
PENDAHULUAN.
Ponorogo merupakan
sebuah kota yang berada di provinsi Jawa timur, yang berbatasan dengan Kab.
Madiun, Magetan, Nganjuk di sebelah utara Kota Ponorogo. Sebelah barat
berbatasan dengan Kab. Pacitan dan Wonogiri ( Jawa Tengah ). Sebelah selatan
berbatasan dengan Kab. Pacitan, dan sebelah timur berbatasan dengan Kab.
Trenggalek dan Tulungagung. Kab. Ponorogo memiliki luas sekitar 1.371,78 km2,
dan terletak antara 111017”
- 111052 bujur timur dan 7049
– 80 20 lintang selatan dengan ketinggian anatara 92 – 2.563 meter
diatas permukaan laut. Setengah dari luas wilayah Kab. Ponorogo adalah dataran
rendah, dan sisanya merupakan dataran tinggi dan pegunungan yang mempunyai
banyak sumber mata air.[1]
Ponorogo
juga merupakan sebuah kota yang mempunyai jumlah kecamatan yang cukup banyak
yaitu terdapat 21 Kecamatan yang terdapat di kota Ponorogo. Sehingga tak dapat
di sangsikan lagi, kondisi ini menyebabkan kota Ponorogo memiliki jumlah
penduduk yang cukup besar. Dan sektor perekonomian masyarakat Ponorogo, lebih
cenderung pada sektor pertanian, sebagai lahan pendapatan terbesar dari rataan
pengahsilan masyarakat Ponorogo.
Kabupaten Ponorogo juga dikenal dengan
julukan Kota REOG atau Bumi REOG karena daerah ini merupakan
daerah asal dari kesenian Reog,
yang terkenal sampai Internasional. Ponorogo juga dikenal sebagai Kota
Santri karena memiliki banyak pondok pesantren,
salah satu yang terkenal adalah Pondok
Modern Darussalam Gontor yang terletak di desa Gontor,
kecamatan Mlarak. Bahkan Pondok ini sekiranya lebih populer namanya di
bandingkan nama kotanya sendiri. Serta Ponorogo ini juga bisa di katakan
sebagai kota Pendidikan karena banyak sekolah – sekolah , serta universitas
yang berada di kota Ponorogo ini, baik Negeri maupun swasta.
Dari sisi historis atau sejarah, bisa di
katakan Kab. Ponorogo mempunyai sisi historis yang tak kalah menarik dengan
historis yang cukup melegenda, yang terdapat pada kota lainnya misalnya histori
yang terdapat di Solo, histori yang ada di Yogyakarta. Walaupun Kab. Ponorogo
ini belum sebesar dua kota besar itu, baik dari sisi pendidikan, perekonomian
dan pembangunan.
Katakanlah di Solo terdapat sebuah peninggalan
sejarah yang fenomenal,yang berupa Keraton Solo. Katakanlah di Yogyakarata juga
terdapat salah satu peninggalan sejarah yang luar bisa yaitu Kerton Yogyakarta.
Begitu juga Ponorogo mempunyai salah satu peninggalan sejarah yang tidak bisa
di pandang remeh, karena ini merupakan cikal bakal berdirinya kota Ponorogo,
meskipun di karenakan perkembangan zaman bangunan peningglan sudah banyak
berubah, akan tetapi ada satu peninggalan yang sekiranya, bisa di jadikan objek
bersejarah dari kota ini yaitu Makam pendiri kota Ponorogo atau yang sering di
sebut Raja Batoro Katong.
Di sisni nanti akan di ulas tentang asal usul Batoro Katong, asal mula Kerajaan
Batoro Katong dan peneybaran Islam, cara menyebarkan Islam, Alkulturasi,
Eksistensi budaya lama setelah terjadinya proses alkulturasi.
Dimana laporan ini merupakan hasil dari
wawancara penulis sewaktu melakukan observasi di makam Batoro Katong, dengan
berdialog dengan juru kunci lama, makam Batoro
Katong tersebut yang bernama Bapak.
Sumani, yang bertempat tinggal tak jauh dari lokasi Makam tersebut.
BATORO KATONG, dan ISLAM.
HASIL
WAWANCARA.
1.Asal
usul Batoro Katong.
Batoro Katong
adalah putra Raja terkahir, kerajaan Majapahit yang bernama Raja Brawijaya.
Raja Brawijaya mempunyai lima istri.
Istri yang pertama melahirkan Adipati
Bali, istri yang kedua melahirkan anak yang di berinama Aryo Darmanipun Panunggal, istri yang ketiga melhirkan Raden Patah, istri yang keempat
melhirkan seorang pangeran yang selanjutnya berdomisili di Tulungagung, dan istri yang kelima melahirkan Raden Katong, dan Lembu Kenongo, yang berdomisili di Madura.
2.Asal
Mula Kerajaan Batoro Katong, kemudian menjadi Ponorogo, dan Penyebaran Islam.
Sebelum Batoro
Katong mendirikan kerajaannya. Ponorogo sudah berdiri sebuah kerajaan yang
bernama Kerajaan Wengker, yang di
pimpin oleh seorang raja yang bernama Ketut
Surya Alam. Melihat kondisi itu, kakak dari Batoro Katong, mengajak Batoro
Katong muda untuk pergi bersamanya ke Kerajaan kakaknya yang bernama Kerajaan Demak.
Setelah beberapa saat, bersama kakaknya di
Kerajaan Demak, dimana Batoro Katong ini mendapatkan wejangan dari kakaknya,
serta sudah di rasa cukup ilmu yang dimiliki oleh Batoro Katong , ia oleh
kakaknya di suruh untuk membuka daerah yang berada di sekitar timur Gunung Lawu
dan Gunung Wilis. Ternyata di darah itu sudah berdiri sebuah kerajaan yang
beragama Hindu- Budha yang bernama Kerajaan
Wengker.
Sedangkan dalam proses penyebaran Islam yang
di lakukan oleh Raja Batoro Katong, juga melalui jalur terakhir dari jalur
penyebaran yang ada taitu dengan cara perang, karena ini di lakukan untuk
mengatasi para penentang Islam yang berasala dari kerajaan Wengker.
Perangpun tak dapat di hindarkan, di mana
pada akhir perang ini kemenangan berada di tangan Batoro Katong serta pasukan
yang menyertainya. Dengan inipun bisa menjadi sebuah tanda awal untuk
kesuksesan penyebaran Islam di daerah Kerajaaan Wengker itu.Yang dalam
perkembangan selanjutnya Kerajaan Wengker berhasil di kuasai oleh Batoro Katong,
dan berubah nama menjadi Kerajaan Batoro Katong, di mana ini merupakan cikal
bakal lahirnya Kab. Ponorogo. Dengan mempunyai makna Pono = Weruh dan Rogo = arang, jadi Ponorogo adalah jati diri. Dalam penyebaran Islam, sebenarnya di
daerah Wengker sudah terdapat tokoh Islam, tapi belum bisa mendakwahkan Islam
secara terbuka karena terhalang oleh kekuasaan yang di miliki oleh Kersjaan
Wengker masa itu. Tokoh itu yang bernama Kyai Ageng Mirah, yang ingin siarkan
Islam di sekitar kerajaan Wengker akan tetapi tidak mampu untuk menghadapi
kekuasaan yang Kerajaan tersebut. Keadaan berbeda jauh ketika Raden Katong
datang dan membantu Kyai Ageng Mirah.
Setelah beberapa saat Batoro Katong berada di
Wengker, ia jatuh cinta dengan Putri Raja Wengker yang bernama Niken Sulastri
atau yang lebih di kenal ddengan nama Niken Gandini. Karena hubungan mereka
yang tidak mendapat persetujuan dari ayah Niken Sulastri ( Raja Wengker ),
Niken Gandini oleh Batro Katong di ajak untuk lari keluar dari Kerajaan Wengker
kemudian menikahinya. Setelah beberapa lama dalam pelarian tersebut, Niken
Gandini oleh Batro Katong di tanya tentang apa saja pusaka yang di miliki oleh
Kerajaan Wengker ? Niken Gandini menjawab pusaka yang di miliki oleh Kerajaan
ada tiga pusaka yaitu tombak tunggal
wulung, songsong tunggal nogo, kinjel puspito.
Pusaka – pusaka tersebut berhasil di rebut
oleh Batoro Katong, dan kerajaan wengker berhassil di klahkan. Adaun lokasi
Kerajaan Batoro Katong meliputi wilayah Ponorogo bagian timur yang sekarang
bernama Kota lama, Pasar Pon, dan dusun Setono. Nama Dusun Setono, di karenakan
para sentono atau para penyebar Islam barasal dari daerah itu.
3.Cara
– Cara yang di Tempuh untuk Menyebarkan Islam.
Adapun cara untuk
menyebarkan Islam, saat itu adalah dengan dakwah
dari para mubaligh dengan langsung mendakwahi para penduduk tanpa
menggunakan “wayang” ( cara yang di
gunakan oleh salah satu wali songo untuk menyebarkan islam ). Hal ini di
karenakan ada sebuah upaya yang di lakukan oleh Raja Batoro Katong, dll, untuk mengkader para santri yang pada saat
itu berjumlah sekitar 40 santri.
Selain
itu, cara yang di lakukan untuk menyabarkan Islam di wilayah Ponorogo, dengan
menggunakan nama, seperti yang di lakukan
oleh Batoro Katong. Tujuannya untuk bisa mendekati serta menarik penduduk
Ponorogo yang pada waktu itu masih beragama Hindu- Budha. Adapun nama asli dari
Batoro Katong adalah Lembu Kinegoro.
4.
Alkulturasi.
Setelah Raja Batoro
Katong wafat, beliau di makamkan tidak jauh dari wilayah kerajaannya yang
sekarang lebih dikenal dengan Dusun Setono. Makamnya selalu ramai di kunjungi
oleh para peziarah, baik yang berasal dari dalam kota maupun dari luar kota .
Para
peziarah atau pengunjung di berikan waktu untuk masuk dalam makam pada malam
Jum’at, tanpa ada alasan tertentu.
Bahkan dulu para peziarah yang akan berziarah ke makam Batoro Katong tidak
boleh masuk menuju makam dengan berjalan biasa, melainkan harus berjalan dengan
duduk untuk masuk ke dalam makam tersebut. Adpun alasan mengapa harus berjalan
dengan duduk waktu itu ? karena untuk menghormati Raja Batoro Katong, yang telah berjasa mendirikan kota Ponorogo
ini. Tapi sekarang sudah tidak perlu berjalan dengan duduk, ketika akan
mengunjungi makam tersebut dan di perbolehkan untuk mengambil foto di area
pemakaman tersebut.
Makam
ini akan ramai pengunjung pada saat Suro, dengan para pengunjung atau para
peziarah datang dengan membawa rombongan. Di makam tersebut ada beberapa peninggalan yang tersimpan
di sana antara lain : Selo, dua saka yang
berbentuk seperti tugu saat zaman hindu – budha
berbentuk menyerupai gentongan di bawah ada batu pindang dengan tulisan
jawa “ candi, manungso, urang, garuda, gajah”, yang di artikan sebagi angka
1418, tapi samapai sekarang masih belum di temukan maksud dari angka
tersebut. Apakah wafatnya Batoro Katong ? Apakah berdirinya kerajaan Batoro
Katong.
5.
Eksistensi Budaya Lama sampai Saat Ini.
Rata- rata budaya
lama sampai saat ini masih di pertahankan keberadaannya, seperti kesenian REOG
yang terus masih di lestraikan samapai sekarang dari dulu sejak zaman masa Raja
Batoro Katong, di mana kesenian REOG ini di gunakan sebagai media penyebaran
Islam . Selain itu tahlil masih di pertahankan sampai sekarang ini.
LAMPIRAN.
1.Asal
usul Batoro Katong.
Lembu Kanigoro
adalah nama asli dari Batoro Katong, beliau merupakan putra dari Prabu
Brawijaya V, raja dari kerajaan Majapahit dari istrinya yang bernama Putri
Campa ( Islam ). Berdasarkan catatan
sejarah keturunan generasi ke – 126 beliau yaitu Ki Padmosusastro, di sebutkan
bahwa Bathara Katong di masa kecilnya bernama Raden Joko Piturun atau di sebut juga Raden Harak Kali. Beliau adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya
dari garwo pangrambe ( selir yang
tinggi kedudukannya )[2].
Pernikahan
antara Prabu Brawijaya V dengan Putri Campa, sebenarnya merupakan sebuah
upaya yang di lakukan oleh Wali Songo untuk mengislamkan Prabu Brawijaya V
dengan cara menawarkan Putri Campa ( Islam ) supaya di persunting untuk menjadi
istri Prabu Brawijaya V. Naamun upaya ini gagal, Prabu Brawijaya V tidak
berhasil untuk di islamkan. Tetapi karena kekuasaan, kewenangan, kejayaan yang
dimilikinya sebagai seorang Raja,Kerajaan besar yang mempunyai pengaruh besar
serta luas, pada masa itu. Prabu Brawijaya V tetap menikahi Putri Campa, hal
ini menyebabkan semakin meruncingnya konflik yang terjadi di kerajaan
Majapahit. Pernikahan ini menimbulkan reaksi protes yang keras dari kalangan
elit Istana yang lain. Pujangga Anom Ketut Suryangalam atau yang lebih di kenal
dengan Ki Ageng Kutu ( Raja dari buah Kerajaan Wengker ), menciptakan sebuah
kesenian untuk menggambrakan rasa kekecewaannya. Kesnian yang di ciptakan oleh
Ki Ageng Kutu adalah Barongan, dan dalam perkembangan selanjutnya lebih di
kenal dengan nama REOG.
REOG
mempunyai ciri khas berupa kepala harimau dan dadak merak. Ciri khas dalam Reog
ini merupakan sebuah kritikan dari Ki Ageng Kutu, di mana kepala harimau
menyimbolkan seorang raja, yang kuat, gagah, di segani oleh rakyatnya, tapi
bisa di taklukkan oleh seorang wanita yang cantik kemudian di beri simbol dadak
merak.
Kita
lihat dalam REOG itu yang lebih dominan adalah dadak meraknya. Kenapa dalam REOG yang lebih dominan adalah
dadak merak yang semula adalah barongan ?
Penulis beranggapan
bahwa seorang raja yang bijaksana, di segani oleh rakyatnya, tidaksepantasnya
melakukan sebuah hal yang bisa menyebabkan kerugian buat rakyat maupun orang
lain. Jangan hanya karena kecantikkan seorang wanita seorang raja bisa
melakukan tindakan yang tidak terpuji yaitu tidak menepati janjinya, sehingga
ini mengakibatkan konflik dalam kerajaan sendiri dan memancing kemarahan banyak
orang, hal ini di gambarkan dengan REOG, dimana kepala harimau ( yang
melambangkan sebuah keperkasaan ) di kuasai oleh dadak merak ( yang
melambangkan takluknya sang harimau ( raja ) oleh kecantikkan wanita ).
2.Asal
Mula Kerajaan Batoro Katong, kemudian Menjadi Ponorogo, dan Penyebaran Islam.
Masa kejayaan pasti
akan tiba saat masa redupnya kejayaan, seperti roda yang berputar dalam
dinamika kehidupan, dan itu merupakan sebuah hal yang lumrah terjadi dalam fase
kehidupan manusia.
Seperti
waktu kejayaan Islam, dengan segala keunggulan di bidang politik, administrasi,
keilmuan, pemerintahan yang harus tergeser oleh kecemerlangan bangsa barat
dalam segala bidang, sampai saat ini atau yang sering kita sebut dengan masa 7
( tujuh ) abad, kemudian 7 ( tujuh ) abad berikutnya.
Hal
ini telah di firmankan Allah SWT, dalam Al- Qur’an surat Al- Isra’ ayat 5 dan
6, sebagiamana firmannya :
“ Ketika datang hukuman yang pertama yaitu
penindasan raja Jalut atas Bani Israil, lalu kami jadikan Thalut dan Dawud, dua
hamba kami yang memiliki kekuatan hebat sebagai pemimpin kalian. Lalu tentara
Jalut memasuki lorong – lorong negeri Bani Israil sambil melakukan kerusakan.
Kejadian itu adalah ketetapan Allah yang
pasti berlaku”. ( QS. 17 : 5 )[3].
“ Wahai Bani Israil kemudian kami
berikan kesempatan kepada kalian mengalahkan kembali tentara Jalut untuk kedua
kalinya. Kami juga memberikan banyak harta dan anak – anak kepada kalian, dan
jumlah kalian lebih banyak ‘’. ( QS. 17 : 6 ).[4]
Dari
kedua ayat itu bisa kita interpretasikan setiap kali masa kejayaan atau kemenagan
pasti akan tiba saatnya masa – masa, dimana kekalahan dan ketertinggalan suatu
kaum atau bangsa. Dan itu merupakan sebuah ketetapan Allah yang pasti berlaku,
di mana masa kejayaan juga harus menalami masa keredupan, ataupun sebaliknya
masa redup juga harus merasakan masa kejayaan.
Zaman Rasul dan para sahabat dahulu juga
pernah mengalami masa- masa ini, waktu itu isalm masih masih merupakan sebuah
agama yang baru di sebarkan di Makkah dan mendapatkan banyak tentangan dari
penduduk sekitar Makkah, akan tetapi “ Ketetapan Allah pasti berlaku ‘’. Islam
berhasil untuk mengajak para penduduk Makkah dan Madinah, bahkan dunia untuk
memeluk Islam, meskipun banyak rintangan yang harus di lewati. Setelah
Rasulullah wafat kepemimpinan di gantikan oleh khulafur Rasyidin, pada masa ini
Islam berhasil di sebar luaskan samapai daerah Persia dan Rumawi dimana ini
merupakan dua basis kekuatan besar, yang
terdapay di Dunia masa itu.
Begitu
juga yang di alami pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya V ( Kerajaan Majapahit
) yang mengalami masa – masa kemunduran , setelah sekian lama berhasil
melebarkan sayap kekuasaannya di pelosok Nusantara. Kemudian Kakak tertua
Batoro Katong ( Lembu Kanongo ), kemudain berganti nama dengan nama” Raden Patah”, memutuskan untuk meningglakan
Kerajaan Majapahit dan mendirikan sebuah kesultanan Demak Bintoro.
Masa
kemunduran sebuah kerajaan setelah masa keajayaanya juga telah di Firmankan
Allah dalam Al- Qur’an surat AR- RUUM ayat 2-6.
“
Kerajaan Rum telah di kalahkan” ( QS. 30 : 2 )[5].
“ Di Bagian tepi negeri Syam dekat
dengan negeri Arab. Kerajaan Rum kelak akan mengalahkan lawannya”. ( QS.30: 3)[6].
“ Beberapa tahun lagi. Semua
ketetapan ada di tangan Allah, ketika kerajaan Rum kalah atau menang. Pada hari
kerajaan Rum menang, orang – orang mukmin Makkah merasa bergembira” ( QS. 30 :
4 )[7].
“Karena mendapat pertolongan Allah.
Allah memberi pertolongan kepada siapa saja yang di kehendaki-Nya. Allah adalah
Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk- Nya”. ( QS. 30
: 5)[8].
“ Kemenangan kerajaan Rum setelah
kekalahannya merupakan janji Allah kepada orang – orang mukmin Makkah. Allah
tidak menyalahi janji – Nya. Akan tetapi sebagian besar manusia tidak mau
mengerti kebenaran janji Allah”. ( QS. 30 : 6 [9]).
Tak lama kemudian
sang adik “Lembu Kinegoro ”, pergi
menuju kerajaan kakanya untuk mendapatkan pendidikan, dan ilmu dari kakaknya
selama di Demak, beliau mendapatkan wejangan dari Wali Songo untuk mempelajari
Islam, lebih jauh lagi. Beriringan dengan waktu yang berjalan dan berganti,
selama Batoro Katong berada di Demak, sang kakak ( Raden Patah ) melihat banyak
keanehan dalam diri sang adik. Kemudian Raden Patah memanggil adiknya ( Batoro
Katong ).
Sang
kakak menyuruh adiknya Batoro Katong untuk pergi menacari informasi tentang wilayah yang berada di timur Gunung Lawu dan Gunung Wilis sampai Pantai
Selatan.
Demi kepentingan ekspansi kekuasaan dan
Islamisasi, penguasa Demak mengirimkan seorang putra terbaiknya, yakni Batoro
Katong dengan salah seorang santrinya bernama Selo Adji dan di ikuti oleh 40
orang santri senior yang lain. Setelah mereka sampai di wilayah Wengker mereka
mencari suatu tempat yang sekiranya nyaman untuk mereka tinggali. Kemudian
mereka menemukan suatu wilayah yang sekiranya pantas untuk di jadikan tempat
tinggal, yaitu di dusun Plampitan, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan [10].
Setelah mereka berada di sana mereka bertemu
dengan Ki Ageng Mirah yang sejatinya sudah memeluk Islam, akan tetapi untuk
menyebarkan atau mendakwahkan kepada masyarakat daerah itu kesulitan. Sebab di
wilayah itu sudah ada sebuah kerajaan yang memrintah dengan Raja yang bernama Ketut Surya Ngalam, di mana, dia adalah
seorang raja dari kerajaan Wengker. Masyarakat Wengker saat itu beragama Hindhu
– Budha, serta ada yang mempunyai keyakinan animisme – dinamisme.
Melihat itu mereka pun pergi kembali ke Demak
untuk melaporkan situasi yang telah mereka amati kepada Sang Raja Demak. Ki
Ageng Mirah mereka ajak untuk datang ke Demak.
Setelah tiba di Demak mereka mengahadap sang
Raja ( Demak ). Serta mereka menceritakan apa yang telah mereka cermati. Tak
lama kemudian setelah, beberapa hari Sang Raja Demak memanggil Batoro Katong,
Ki Ageng Mirah, dan Selo Adji. Mereka oleh Raja demak di naikkan pangkat atau
jabatan mereka. Untuk Batoro Katong di
angkat menjadi Adipati, yang menguasai daereh timur Gunung Lawu dan Gunung
Wilis samapai ke laut selatan. Selo Adji di angkat menjadi patih, sementara
untuk Ki Ageng Mirah di angkat menjadi Penyebar agama[11].
Sebelum Batoro Katong dan ketiga kawannya itu
pergi dari Kerajaan Demak, dan menuju ke daerah yang mereka tuju. Tak lupa Sang
Raja Demak memberikan pesan kepada Batroro Katong supaya :
·
Jika sudah
menjadi Adipati ia disuruh untuk dataang ke Demak setiap tanggal satu Ramadhan,
bula Idul Fitri dan tanggal sepuluh bulan Dzul Hijjah untuk melaksanakan shalat
bersama-sama di Masjid Aggung Demak.
·
Setelah
Negara Ponorogo berdiri sebarkanlah agama islam.
·
Harus bisa
menjiwai/momong rakyatnya.
·
Janganlah
mempunyai watak adigang, adigung, adiguna.
·
Berbudilah
baik dan bijaksana.
·
Ngedohono
mo-limo. Mangani, madon, madat, main lan maling.
·
Bersungguh-sungguhlsh
dalam menjalani agama Islam.
·
Jika
berhadapan dengan orang yang lebih tua, ambillah nasehat darinya.
·
Jika sudah
menjadi sebuah Negara, maka perhatikanlah nasib rakyatmu.
·
Jika mau
membangun sebuah Negara, bangunlah desanya dulu[12].
Serta oleh Raden Patah nama dari
adiknya Lembu Kinegoro, untuk di tambahkan Batoro. Tujuannya supaya masyarakat
Wengker bisa menerima keberadaan beliau di tengah – tengah kehidupan mereka.
Mereka bertiga berangkat ke daerah
yang mereka tuju, setelah merasa cukup. Setelah sampai di daerah sekitar Lawu,
mereka mencari sebuah tempat yang sekiranya cocok untuk mereka babad. Dan
ditemukannya sebuah tempat yang sekiranya cocok yaitu daerah glagah wangi.
Tempat itu berada di sekitar selatan sungai Kategan.
Setiap sehabis Shubuh mereka
memebabad tempat itu, dan sebagaian kayunya di jadikan bahan untuk membangun
rumah. Akn tapi hampir setiapa hari ada musibah. Kemudian ketiga tokoh itu
bersemedi untuk mencari tahu apa yang sebenarnya menyebabkan musibah – musibah
itu. Di tengah semedi, mereka bertemu dengan makhluk yang bernama Joyodrono.
Dahulu kalanya Joyodrono adalah seorang penggembara dan seorang pertapa, hal
ini yang menjadikan Joyodrono menjadi manusia setengah siluman yang kadng
terlihat, kadang menghilang. Kemudian mereka bertanya kepada Joyodrono tentang
penyebab kekacauan itu. Joyodrono mengatakan bahwa sebelum Batoro Katong, dkk.
Membabad hutan ini sudah ada yang membabad hutan ini lebih dulu. Joyodipo namanya,
tak lama kemudian Joyodipo yang merupakan bangsa Jin. Setelah Joyodipo keluar
Joyodrono menghilang.
Mereka bertiga bermusyawarah dengan
Joyodipo perihal temapat yang sekiranya bisa untuk di-babad.Kemudian di ambil
sebuah keputusan untuk membabad daerah yang bernama Kota Segala- Segala. Yang
sekarang bernama Kota Ponorogo.
Waktu membabad kesana, mereka
bertiga ( Batoro Katong, Ki Ageng Mirah. Dan Selo Adji ). Harus berhadapan
dengan seorang Raja yang tangguh. Raja itu berasal dari Kerajaan Wengker.
Bernama Ketut Suryo Ngalam atau lebih di kenal Ki Ageng Kutu.
Ki Ageng Kutu ini tidak mudah untuk
di kalahkan. Karena Batoro Katong sudah terdesak menghadapai Ki Ageng Kutu,
maka Batoro Katong berinisiatif untuk menglahkan Ki Ageng Kutu, dengan cara
menikahi putrinya yang bernama Niken
Sulastri ( Niken Gandini ). Setelah menikah dengan Niken Sulastri Batoro
Katong mulai mencari tahu tentang pusaka yang di miliki oleh Ayahnya. Niken
Sulastri menjawab bahwa pusaka yang di miliki Ayahnya bernama Koro Welang yang kemudian diambil oleh
Batoro Katong.
Kondisi tersebut menyebabkan Ki
Ageng Kutu terdesak dalam beberapa pertempuran. Pada akhirnya Ki Ageng Kutu
menghilang , pada hari Jum’at wage di daerah sekitar Wringun Anom Sambit.
Tempat menghilanganya Ki Ageng Kutu lebih di kenal dengan nama Gunung Bacin
yang terletak di Bungkal.
Setelah Ki Ageng Kutu berhasil di
hilangkan oleh Batoro Katong. Beliau mengumpulkan semua Rakyat Ponorogo dan
berpidato, bahwa dirinya adalah manusia setengah dewa. Hal ini di lakukan
karena waktu itu masyarakat Ponorogo masih percaya dengan keberadaan dewa-
dewa, dll. Sealin itu supaya masyarakat Ponorogo bisa menerima kehadirannya.
Setelah itu secara perlahan beliau
membangun sebuah Istana, dan melakukan Islamisasi. Pada tahun 1486 hutan tellah
di babad habis atas perintah Raja Batoro Katong. Makhluk halus merupakan salah
satu penggangu hebat dalam membabad hutan itu, akan tetapi berkat bantuan Warok
dan para prajurit itu semua bisa di atasi[13].
Penduduk mulai berdatangan, bangunan
– banguan mulai di dirikan, sistem perekonomian dan pemerintahan mulai di
jalankan. Istrinya Niken Gandini di boyong untuk tinggal bersama Raja Batoro
Katong, sementara itu adiknya yang bernama Suromenggolo tetap di biarkan untuk
tinggal di Desa Ngampel. Oleh Raja Batoro Katong daerah itu di berinama Prana
Raga, di mana kata itu di ambil dari Pramana Raga yang berarti Pono itu wasis,
pintar. Dan Raga yang berarti jiwa, jasmani.
Hari kelahiran Ponorogo oleh
masyarakat Ponorogo lebih di kenal dengan istilah suro. Karena Ponorogo lahir
pada tanggal 11 Agustus 1496 M atau 1 Dzulhijjah 901 H. Dan untuk selanjutanya
tanggal 11 Agustus di tetapkan sebagai hari Jadi Ponorogo[14].
3.Cara
Menyebarkan Islam.
Sebelumnya kita simak Firman Allah Swt, dalam QS. Al- An’am ayat 74.
“Wahai Muhammad, ingatlah ketika Ibrahim
berkata kepada bapaknya Azar: “ Wahai bapakku apakah engkau menjadikan patung –
patung itu sebagai tuhan – tuhan Selain Allah? Aku menganggap kamu dan kaummu
benar – benar sesat. ( QS. 6 : 74 )[15].
Begitu
juga dengan semangat Batoro Katong untuk menyebarkan Islam di tanah Ponorogo
yang sebelumnya mereka berkeyakinan Hindhu – Budha, dan animisme – dinamisme.
Batoro Katong mempunyai keinginan untuk bisa mendakwahkan Islam kepada semua
masyarakat Ponorogo.
Ini
menurut penulis sama dengan teori penyebaran agama Hindhu – Budha, masa sebelum
Islam. Yaitu adalah teori Brahmana, yang di kemukakan oleh J.C. Van Leur [16].
Dan
penulis setuju dengan teori ini sebagai salah satu teori yang di gunakan untuk
menyebarkan Islam di Ponorogo. Alasannya adalah kaum Brahmana atau bisa juga di
katakan orang yang mempunyai kelebihan dari pada orang pada umumnya, dalam
islam di katakan para ulama (orang yang berilmu ), yang sudah paham tentang
ilmu agama yang akan di dakwahkan atau yang akan di sebarkannya. Seperti apa
yang telah di lakukan oleh Batoro Katong, selain dia seorang raja, dia bisa
juga di katakan seorang ulama yang menyebarkan Islam dan memberikan dasar
tentang Islam pada masyarakt Ponorogo.
Allah
berfirman tentang hanya para ulama yang bisa mengerti tunduk dan taat pada-
Nya. Dalam Al- Qur’an surat Fatthir ayat 28. Sebagaimana Firmannya :
“Allah ciptakan manusia, hewan – hewan
melata dan hewan ternak yang berlainan warnanya. Begitulah. Hamba- hamba Allah
yang takut kepada- Nya hanyalah orang yang berilmu. Sungguh Allah Mahaperkasa
lagi MahaPengampun”.( QS. 35 : 28 )[17].
Setelah
Wengker berhasil di taklukkan Batoro Katong, dengan tekad meneladani
Rasullullah, ketika terjadi peristiwa Futtuhul Makkah. Dengan penuh samangat
mengamalkan salah satu Firman Allah dalam Al- Qur’an yaitu Surat Al- Isra’ ayat
81.
“ Wahai Muhammad, katakanlah : “ Kemenangan
Islam di Kota Makkah pasti datang dan kesyirikan pasti lenyap dari kota Makkah.
“ Sesungguhnya Kesyirikan di Kota Makkah pasti lenyap” ( QS. 17 : 81 ) [18].
Saat Batoro Katong menjadi Raja di Kadispten Ponorogo, di Ponorogo sudah ada
sebuah kesenian yang di buat oleh Ki Ageng Kutu, yang pada mulanya Kesenian itu
di dedikasikan oleh Ki Ageng Kutu untuk memprotes perbuatan Prabu Brawijaya V
yang tetap menikahi Putri Campa (Islam), di mana tujuan awalnya supaya Prabu
Brawijaya V memeluk Islam setelah menikahi Putri Campa, akan tetapi Prabu
Brawijaya tetap tidak memeluk Islam.
Kesenian
REOG inilah yang di manfaatkan oleh Batoro Katong sebagai media dakwahnya.
Beliau membuat sedemikian rupa supaya REOG ini bisa di jadikan sebagai media
dakwah. Salah satunya dengan menghilangkan unsur – unsur hindhu- budha dari
kesenian REOG ini.
Allah
berfirman dalam QS. Yunus ayat 104.
“ Wahai Muhammad, katakanlah “ Wahai manusia
jika kalian tetap meragukan kebenaran agamaku, ketahuilah bahwa aku tidak akan
menyembah tuhan – tuhan yang kalian sembah selain Allah. Aku hanya menyembah
Allah. Tuhan yang mematikan kalian. Aku di perintahkan agar aku menjadi
golongan orang yang beriman”[19].
Seperti yang di katakan sebelumnya.Salah satu bentuk dedikasi Batoro Katong
dalam mendakwahkan Islam di Ponorogo adalah dengan membuat kesenian REOG
sebagai media untuk berdakwah adapun yang di lakukan Batoro Katong dengan REOG
sebagai media dakwah adalah :
1) DADAK REYOG
Dadak reyog diambil dari bahasa arab “Riyoqun” yang bermakna
Khusnul Khotimah. Hal ini bisa diartikan seluruh perjalanan hidup manusia
dilumuri dengan berbagai dosa dan noda, bilamana sadar dan beriman yang pada
akhirnya bertaqwa kepada Tuhan maka jaminannya adalah sebagai manusia yang
sempurna dan menjadi muslim sejati. Dalam Reyog terdapat topeng Harimau
(Barongan / Cekathakan ) yang angker dan angkuh dihiasi oleh bulu burung merak
yang hijau kebiru – biruan dan mengkilat. Topeng harimau melambangkan kejahatan
dan bulu merak melambangkan kebajikan. Ini mengingatkan kepada kita bahwa
setiap kejahatan akan terkalahkan oleh kebajikan.
Selain
warna bulu merak yang indah, kalau kita amati ada 4 (empat) warna yang dominan
dalam kesenian reog yaitu hitam, putih, kuning dan merah. Warna – warna ini
bukanlah tanpa makna namun para pinesepuh telah menempatkan warna yang
mempunyai makna atau yang menyimbolkan nafsu – nafsu yang ada dalam diri
manusia. Secara garis besar warna – warna itu menyimbolkan :
a. Warna
Merah menyimbolkan nafsu AMARAH
b. Warna Putih menyimbolkan nafsu MUTH’MAINAH
c. Warna Hitam menyimbolkan nafsu ALWAMAH
d. Warna Kuning menyimbolkan nafsu SUFIYAH
b. Warna Putih menyimbolkan nafsu MUTH’MAINAH
c. Warna Hitam menyimbolkan nafsu ALWAMAH
d. Warna Kuning menyimbolkan nafsu SUFIYAH
Simbol nafsu manusia ini dapat dipahami secara mendalam oleh
beberapa atau pemain dan penonton kesenian reog. Wacana ini dapat diterangkan
oleh sesepuh atau penangkapan secara alami oleh penonton dan penari.
Simbolisasi ini juga relevan dengan proses kejiwaan dalam ilmu kanuragan Jawa
yaitu dimulai dari proses KANURAGAN, KASEPUHAN, KASUKSMAN dan KASAMPURNAN.
Simbolisasi atas warna – warna dominan dalam kesenian Reog inilah yang dapat
dipetik dari tujuan Tontonan yang bisa membawa ke arah Tuntunan.
2) KENDANG
Kendang diambil dari Bahasa Arab
“Qoda’a” yang bermakna rem. Artinya sebagai manusi yang hidup dimuka bumi kita
harus sadar bahwa kita tak akan hidup selamanya. Maka dari itu dibutuhkan rem
untuk mengendalikan kehidupan kita agar tak terjerumus dalam keangkara murkaan.
Kendang menentukan irama cepat atau lambat dan berbunyi dang,
dang, dang. Ndang artinya segeralah, berarti segeralah untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan[20].
3) . KENONG
Kenong diambil dari Bahasa Arab “Qona’a” yang bermakna
menerima takdir. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita dilarang untuk mengeluh
dengan apa yang terjadi pada diri kita. Kita diwajibkan untuk selalu berusaha
dan berdoa untuk merubah hidup kita.
Kenong memiliki suara nang, ning, nong, nung. Nang berarti
ana, ning berate bening, nong berarti plong (mengerti), nung berarti dumunung
(sadar). Maksutnya setelah manusia ada lalu berfikir dengan hati hyang bening
maka dapat mengerti sehingga sadar bahwa keberadaannya tentu ada yang
menciptakannya yaitu Allah SWT
4) KETIPUNG
Ketipung diambil dari Bahasa Arab”Katifun” yang berarti
balasan. Setiap perbuatan yang kita lakukan dimuka bumi ini akan mendapatkan
balasan dari tuhan kelak di hari akhir. Untuk itu kita dianjurkan untuk selalu
berbuat kebajikan setiap waktu.
5) KETHUK
Diambil dari Bahasa Arab “Khotok” yang berarti banyak salah.
Manusia adalah tempatnya berbuat salah dan dosa, maka dari itu kita selalu
diingatkan untuk selalu bertaubat.Kethuk berbunyi thuk, artinya matuk atau
setuju[21].
6) GONG KEMPUL.
Gong berarti Gung, setiap amal manusia dipertanggungjawabkan
dihadapan Yang Maha Agung. Kempul berasal dari Bahasa Arab “ Kafulun” artinya
pembalasan atau imbalan. Setiap perbuatan yang kita lakukan akan dicatat oleh
malaikat yang selalu menyertai kita. Kempul artinya kumpul atau jama’ah.
Setelah ditabuh sekali dua kali, tiga kali disusul bunyi gong yang artinya
agung. Lagu yang dibunyikan selalu berakhir dengan bunyi gong. Semua ibadah kita
tujukan kepada yang Maha Agung.
7) TEROMPET ATAU SULING
Diambil dari Bahasa Arab “Shuwarun” artnya peringatan. Hidup
manusia didunia hanya sementara, kita selalu diingatkan untuk mengisi hidup
kita dengan kebaikan. Suling artinya eling atau ingat. Ingat kepada yang
menjadikan hidup. Ingatbahwa hidup di dunia tidak lama. Ingat bahwa ada
kehidupan yang kekal dan bahagia yang dapat dicapai dengan amal ibadah
sebanyak-banyaknya.
8) ANGKLUNG
Berasal dari Bahasa Arab “Anqul” artinya peralihan. Artinya
peralihan dari hal buruk menjadi baik.
9) WAROK.
Berasal dari bahasa Arab “Wira’I” artinya tirakat. Kehidupan
dunia ini penuh godaan dari segala penjuru, untuk itu perlu tirakat untuk
menjauhkan godaan-godaan tersebut.
10) PENADHON.
Dari Bahasa Arab “Fanadun” artinya lemah. Setiap manusia
memiliki kelemahan atau kekurangan-kekurangan, namun kita dilarang berputus asa
karena kelemahan kita.
11) USUS-USUS Atau KOLOR
Diambil dari Bahasa arab “ Ushusun” artinya tali atau ikatan.
Manusia wajib berpegang teguh pada tali Allah dalam hubungan vertical kepada
Tuhan YME dan hubungan dengan sesama manusia. Selain itu Islam sangat
menganjurkan umatnya untuk selalu menjaga ikatan silaturahmi[22].
4. Alkulturasi.
Batoro Katong di perkirakan wafat
pada abad 15[23].
Beliau di makamkan di daerah sekitar yang masih berada pada kawasan Kerajaan
atau yang sekarang lebih populer di kenal dengan nama Dusun Setono. Makam
beliau selalu ramai di kunjungi oleh para peziarah, baik dari dalam kota maupun
luar kota. Terutama pada malam Jum’at dengan tidak di landasi oleh alasan
tertentu.
Bahkan dulu para peziarah tidak
boleh jalan kaki biasa bila masuk ke makam Batoro Katong, melainkan dulu harus
berjalan dengan duduk alasannya untuk menghormati beliau.
Adapun peninggalan yang berada di
sekitar makam Batoro Katong adalah di temukannya sebuah petunjuk tentang kapan
sekiranya, Batoro Katong mendirikan Kadipaten Ponorogo. Di depan Gapura pertama
yang berdaun pintu terdapat sepasang batu yang menyerupai sebuah tempat duduk
lebih lanjut sering Batu Gilang. Batu itu tertulis sebuah lukisan berupa Candra, sangkakala, memet, dari belakang ke
depan berupa : manusia, pohon, burung garuda, dan gajah.
Dan menurut ahli kunci Makam,
lukisan ini masih belum bisa di jelaskan maksudnya. Apakah itu tahun kelahiran
Batoro Katong, apa tahun wafatnya, atau tahun berdirinya kadipaten Ponorogo.
Tapi informasi Ahli kunci Makam Batoro Katong lukisan itu mengisyaratkan sebuah
angka yaitu :
Manusia : angka 1.
Pohon : angka 4.
Burung
Garuda : angka 1.
Gajah : angka 8.
Yang berarti itu adalah tahun 1418.
5. Eksistensi Budaya Lama sampai Saat
Ini.
Untuk eksistensi budaya lama setelah
terjadi bermacam – macam budaya baru yang masuk Ponorogo. Selama ini eksistensi
budaya lama masih bisa tetap di pertahankan. Hal ini menandakan tentang
antusias dari masyarakat Ponorogo untuk tetap mempertahankan sejarah dan
peninggalan seorang tokoh legendaris, seperti orang bijak mengatakan :
“ Sebuah bangsa yang
besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsa sendiri.
Selain itu Batoro Katong memang tidak bisa di lepaskan dari
alam bawah sadar masyarakat Ponorogo. Serta menjadi simbol masa lalu ( sejarah
) sekaligus bagian dari masa kini.
KESIMPULAN
Ponorogo selain terkenal dengan sebutan
sebagai kota REOG, kota Santri maupun kota kuliner. Ponorogo memiliki sisi
histori yang menarik. Dari asal mula berdirinya Ponorogo, agama sebelum dan
sesudah Kerajaan Batoro Katong berdiri atau kemudian di kenal dengan Kab.
Ponorogo, serta penyebaran Islam di wilayah Ponorogo yang sebelumnya di kuasai
oleh Kerajaan Wengker yang di pimpin oleh Ketut Surya Alam, di mana waktu itu
mayoritas penduduknya masih beragama Hindu- Budha. Dan bagaimana eksistensi
budaya lama setelah Raja Batoro Katong wafat.
Penghargaan masyarakat Ponorogo terhadap peninggalan
– peninggalan masa lampau perlu di acungi jempol, karena sampai sekarang
masyarakat masih merawat dan mempertahanakan peninggalan masa lampau meski di
tengah budaya baru yang tengah eksis di tengah masyarakat saat ini. Ini tercermin
pada tetap lestarinya kesenian REOG salah satunya, di mana saat ini dance dari
mancanegara sangat di gandrungi oleh para anak muda. Dan masih ramainya
peziarah atau pengunjung yang mendatangi makam Batoro Katong, ini menunjukkan
antusias dari Masyarakat baik dari Ponorogo maupun dari luar Ponorogo ,
terhadap sosok Legenda masa lampau yang
mempunyai jasa dalam penyebaran Islam selain sebagai pendiri Kota
Ponorogo dan sebagai Raja dari Kerajaan yang di pimpinya. Tentunya merupakan
sebuah kebanggaan sendiri bagi masyarakat Ponorogo. Meskipun Ponorogo ini bukan
merupakan sebuah kota yang besar, akan tetapi Ponorogo cukup menarik untuk para
wisatawan baik dari lokal, maupun luar lokal, bahkan Mancanegara untuk
berkunjung di Ponorogo. Terutama pada saat memperingati hari lahirnya kota
Ponorogo atau yang sering di sebut dengan Suro.
DAFTAR
PUSTAKA.
2. http://bumi
wengker. blogspot.com.
3. Thalib, Al-Ustadz
Muhammad. Al-Qur’an Tarjamaah Tafsiriyah.
Yogyakarta: MA’HAD AN- NABAWY.Febuari
2012.
4. Babad Ponorogo.
6. TIM LAPIS PGMI. IPS 2.
[1]http://www.ponorogo.go.id/web2/ponorogo1/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=101&Itemid=473.
[2]
http://bumi wengker. blogspot.com ( Jum’at tanggal 28-12-2012 ), jam 16 :
10.
[3]
Al-Ustadz Muhammad Thalib, Al-Qur’an
Tarjammah Tafsiriyah, hlm. 336.
[4]Al-
Ustadz Muhammad Thalib,.....hlm. 336.
[5]
Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm. 503.
[6] Al-
Ustadz Muhammad Thalib,.....hlm. 503.
[7]
Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm. 504.
[8]
Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm. 504.
[9]
Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm. 504.
[11] Babad
Ponorogo.
[12] Babad
Ponorogo.
[14] http://id.wikipedia.org/wiki/BatharaKatong
( Jum’at, 28 - 12 – 2012 ).
[15] Al-Ustadz
Muhammad Thalib, ....hlm. 160.
[16] Tim
Lapis PGMI.IPS 2. hlm. 2-9.
[17]
Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm.546.
[18]
Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm.81.
[19]
Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm. 104.
[20] http://walusongo.wordpress.com.( Jum’at
tanggal 28-12-12 ), jam 16 :12.
[21] http://walusongo.wordpress.com.( Jum’at
tanggal 28-12-12 ), jam 16 :12.
[22] http://walusongo.wordpress.com.( Jum’at
tanggal 28-12-12 ), jam 16 :12.
[23] http://cintareog.blogspot.com. Jum’at
tanggal 28-12-2012. Jam 16:35.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar