Minggu, 17 Februari 2013

Sejarah Kebudayaan ISlam


TUGAS iNDIVIDU
            Tugas ini di kumpulkan untuk memenuhi tugas “ SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM.



                                                   

                                               DOSEN PENGAMPU:

M. Widda Juhan, S.Ag, M.Si.
Oleh:   Muh.Shulthon. Rahmandhani  ( 07 ) ( 210611079 ).
                   Kelas : PG.C

JURUSAN TARBIYAH
PRODI PGMI / SEMESTER III
SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM NEGERI
STAIN ( PONOROGO )
JL. PRAMUKA NO. 156 TELP. 0352-481277 FAX O352-461893

PENDAHULUAN.

Ponorogo merupakan sebuah kota yang berada di provinsi Jawa timur, yang berbatasan dengan Kab. Madiun, Magetan, Nganjuk di sebelah utara Kota Ponorogo. Sebelah barat berbatasan dengan Kab. Pacitan dan Wonogiri ( Jawa Tengah ). Sebelah selatan berbatasan dengan Kab. Pacitan, dan sebelah timur berbatasan dengan Kab. Trenggalek dan Tulungagung. Kab. Ponorogo memiliki luas sekitar 1.371,78 km2,  dan terletak antara 111017” - 111052  bujur timur dan 7049 – 80 20 lintang selatan dengan ketinggian anatara 92 – 2.563 meter diatas permukaan laut. Setengah dari luas wilayah Kab. Ponorogo adalah dataran rendah, dan sisanya merupakan dataran tinggi dan pegunungan yang mempunyai banyak sumber mata air.[1]
Ponorogo juga merupakan sebuah kota yang mempunyai jumlah kecamatan yang cukup banyak yaitu terdapat 21 Kecamatan yang terdapat di kota Ponorogo. Sehingga tak dapat di sangsikan lagi, kondisi ini menyebabkan kota Ponorogo memiliki jumlah penduduk yang cukup besar. Dan sektor perekonomian masyarakat Ponorogo, lebih cenderung pada sektor pertanian, sebagai lahan pendapatan terbesar dari rataan pengahsilan masyarakat Ponorogo.
Kabupaten Ponorogo juga dikenal dengan julukan Kota REOG atau Bumi REOG karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog, yang terkenal sampai Internasional. Ponorogo juga dikenal sebagai Kota Santri karena memiliki banyak pondok pesantren, salah satu yang terkenal adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di desa Gontor, kecamatan Mlarak. Bahkan Pondok ini sekiranya lebih populer namanya di bandingkan nama kotanya sendiri. Serta Ponorogo ini juga bisa di katakan sebagai kota Pendidikan karena banyak sekolah – sekolah , serta universitas yang berada di kota Ponorogo ini, baik Negeri maupun swasta.
Dari sisi historis atau sejarah, bisa di katakan Kab. Ponorogo mempunyai sisi historis yang tak kalah menarik dengan historis yang cukup melegenda, yang terdapat pada kota lainnya misalnya histori yang terdapat di Solo, histori yang ada di Yogyakarta. Walaupun Kab. Ponorogo ini belum sebesar dua kota besar itu, baik dari sisi pendidikan, perekonomian dan pembangunan.
Katakanlah di Solo terdapat sebuah peninggalan sejarah yang fenomenal,yang berupa Keraton Solo. Katakanlah di Yogyakarata juga terdapat salah satu peninggalan sejarah yang luar bisa yaitu Kerton Yogyakarta. Begitu juga Ponorogo mempunyai salah satu peninggalan sejarah yang tidak bisa di pandang remeh, karena ini merupakan cikal bakal berdirinya kota Ponorogo, meskipun di karenakan perkembangan zaman bangunan peningglan sudah banyak berubah, akan tetapi ada satu peninggalan yang sekiranya, bisa di jadikan objek bersejarah dari kota ini yaitu Makam pendiri kota Ponorogo atau yang sering di sebut Raja Batoro Katong.
Di sisni nanti akan di ulas tentang asal usul Batoro Katong, asal mula Kerajaan Batoro Katong dan peneybaran Islam, cara menyebarkan Islam, Alkulturasi, Eksistensi budaya lama setelah terjadinya proses alkulturasi.
Dimana laporan ini merupakan hasil dari wawancara penulis sewaktu melakukan observasi di makam Batoro Katong, dengan berdialog dengan juru kunci lama, makam Batoro Katong tersebut yang bernama Bapak. Sumani, yang bertempat tinggal tak jauh dari lokasi Makam tersebut.
BATORO KATONG, dan ISLAM.
HASIL WAWANCARA.

1.Asal usul Batoro Katong.
            Batoro Katong adalah putra Raja terkahir, kerajaan Majapahit yang bernama Raja Brawijaya. Raja Brawijaya mempunyai lima istri. Istri yang pertama melahirkan Adipati Bali, istri yang kedua melahirkan anak yang di berinama Aryo Darmanipun Panunggal, istri yang ketiga melhirkan Raden Patah, istri yang keempat melhirkan seorang pangeran yang selanjutnya berdomisili di Tulungagung, dan istri yang kelima melahirkan  Raden Katong, dan Lembu Kenongo, yang berdomisili di Madura.
2.Asal Mula Kerajaan Batoro Katong, kemudian menjadi Ponorogo, dan Penyebaran Islam.
            Sebelum Batoro Katong mendirikan kerajaannya. Ponorogo sudah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Wengker, yang di pimpin oleh seorang raja yang bernama Ketut Surya Alam. Melihat kondisi itu, kakak dari Batoro Katong, mengajak Batoro Katong muda untuk pergi bersamanya ke Kerajaan kakaknya yang bernama Kerajaan Demak.
Setelah beberapa saat, bersama kakaknya di Kerajaan Demak, dimana Batoro Katong ini mendapatkan wejangan dari kakaknya, serta sudah di rasa cukup ilmu yang dimiliki oleh Batoro Katong , ia oleh kakaknya di suruh untuk membuka daerah yang berada di sekitar timur Gunung Lawu dan Gunung Wilis. Ternyata di darah itu sudah berdiri sebuah kerajaan yang beragama Hindu- Budha yang bernama Kerajaan Wengker.
Sedangkan dalam proses penyebaran Islam yang di lakukan oleh Raja Batoro Katong, juga melalui jalur terakhir dari jalur penyebaran yang ada taitu dengan cara perang, karena ini di lakukan untuk mengatasi para penentang Islam yang berasala dari kerajaan Wengker.
Perangpun tak dapat di hindarkan, di mana pada akhir perang ini kemenangan berada di tangan Batoro Katong serta pasukan yang menyertainya. Dengan inipun bisa menjadi sebuah tanda awal untuk kesuksesan penyebaran Islam di daerah Kerajaaan Wengker itu.Yang dalam perkembangan selanjutnya Kerajaan Wengker berhasil di kuasai oleh Batoro Katong, dan berubah nama menjadi Kerajaan Batoro Katong, di mana ini merupakan cikal bakal lahirnya Kab. Ponorogo. Dengan mempunyai makna Pono = Weruh dan Rogo = arang, jadi Ponorogo adalah jati diri. Dalam penyebaran Islam, sebenarnya di daerah Wengker sudah terdapat tokoh Islam, tapi belum bisa mendakwahkan Islam secara terbuka karena terhalang oleh kekuasaan yang di miliki oleh Kersjaan Wengker masa itu. Tokoh itu yang bernama Kyai Ageng Mirah, yang ingin siarkan Islam di sekitar kerajaan Wengker akan tetapi tidak mampu untuk menghadapi kekuasaan yang Kerajaan tersebut. Keadaan berbeda jauh ketika Raden Katong datang dan membantu Kyai Ageng Mirah.
Setelah beberapa saat Batoro Katong berada di Wengker, ia jatuh cinta dengan Putri Raja Wengker yang bernama Niken Sulastri atau yang lebih di kenal ddengan nama Niken Gandini. Karena hubungan mereka yang tidak mendapat persetujuan dari ayah Niken Sulastri ( Raja Wengker ), Niken Gandini oleh Batro Katong di ajak untuk lari keluar dari Kerajaan Wengker kemudian menikahinya. Setelah beberapa lama dalam pelarian tersebut, Niken Gandini oleh Batro Katong di tanya tentang apa saja pusaka yang di miliki oleh Kerajaan Wengker ? Niken Gandini menjawab pusaka yang di miliki oleh Kerajaan ada tiga pusaka yaitu tombak tunggal wulung, songsong tunggal nogo, kinjel puspito.
Pusaka – pusaka tersebut berhasil di rebut oleh Batoro Katong, dan kerajaan wengker berhassil di klahkan. Adaun lokasi Kerajaan Batoro Katong meliputi wilayah Ponorogo bagian timur yang sekarang bernama Kota lama, Pasar Pon, dan dusun Setono. Nama Dusun Setono, di karenakan para sentono atau para penyebar Islam barasal dari daerah itu.
3.Cara – Cara yang di Tempuh untuk Menyebarkan Islam.
            Adapun cara untuk menyebarkan Islam, saat itu adalah dengan dakwah dari para mubaligh dengan langsung mendakwahi para penduduk tanpa menggunakan “wayang” ( cara yang di gunakan oleh salah satu wali songo untuk menyebarkan islam ). Hal ini di karenakan ada sebuah upaya yang di lakukan oleh Raja Batoro Katong, dll, untuk mengkader para santri yang pada saat itu berjumlah sekitar 40 santri.
            Selain itu, cara yang di lakukan untuk menyabarkan Islam di wilayah Ponorogo, dengan menggunakan nama, seperti yang di lakukan oleh Batoro Katong. Tujuannya untuk bisa mendekati serta menarik penduduk Ponorogo yang pada waktu itu masih beragama Hindu- Budha. Adapun nama asli dari Batoro Katong adalah Lembu Kinegoro.
4. Alkulturasi.
            Setelah Raja Batoro Katong wafat, beliau di makamkan tidak jauh dari wilayah kerajaannya yang sekarang lebih dikenal dengan Dusun Setono. Makamnya selalu ramai di kunjungi oleh para peziarah, baik yang berasal dari dalam kota maupun dari luar kota .
            Para peziarah atau pengunjung di berikan waktu untuk masuk dalam makam pada malam Jum’at, tanpa ada alasan tertentu. Bahkan dulu para peziarah yang akan berziarah ke makam Batoro Katong tidak boleh masuk menuju makam dengan berjalan biasa, melainkan harus berjalan dengan duduk untuk masuk ke dalam makam tersebut. Adpun alasan mengapa harus berjalan dengan duduk waktu itu ? karena untuk menghormati Raja Batoro Katong, yang telah berjasa mendirikan kota Ponorogo ini. Tapi sekarang sudah tidak perlu berjalan dengan duduk, ketika akan mengunjungi makam tersebut dan di perbolehkan untuk mengambil foto di area pemakaman tersebut.
            Makam ini akan ramai pengunjung pada saat Suro, dengan para pengunjung atau para peziarah datang dengan membawa rombongan. Di makam tersebut ada beberapa peninggalan yang tersimpan di sana antara lain : Selo, dua saka yang berbentuk seperti tugu saat zaman hindu – budha  berbentuk menyerupai gentongan di bawah ada batu pindang dengan tulisan jawa “ candi, manungso, urang, garuda, gajah”, yang di artikan sebagi angka 1418, tapi samapai sekarang masih belum di temukan maksud dari angka tersebut. Apakah wafatnya Batoro Katong ? Apakah berdirinya kerajaan Batoro Katong.

5. Eksistensi Budaya Lama sampai Saat Ini.
            Rata- rata budaya lama sampai saat ini masih di pertahankan keberadaannya, seperti kesenian REOG yang terus masih di lestraikan samapai sekarang dari dulu sejak zaman masa Raja Batoro Katong, di mana kesenian REOG ini di gunakan sebagai media penyebaran Islam . Selain itu tahlil masih di pertahankan sampai sekarang ini.

LAMPIRAN.

1.Asal usul Batoro Katong.
            Lembu Kanigoro adalah nama asli dari Batoro Katong, beliau merupakan putra dari Prabu Brawijaya V, raja dari kerajaan Majapahit dari istrinya yang bernama Putri Campa ( Islam  ). Berdasarkan catatan sejarah keturunan generasi ke – 126 beliau yaitu Ki Padmosusastro, di sebutkan bahwa Bathara Katong di masa kecilnya bernama Raden Joko Piturun atau di sebut juga Raden Harak Kali. Beliau adalah salah seorang putra Prabu Brawijaya dari garwo pangrambe ( selir yang tinggi kedudukannya )[2].   
Pernikahan  antara Prabu Brawijaya V dengan Putri Campa, sebenarnya merupakan sebuah upaya yang di lakukan oleh Wali Songo untuk mengislamkan Prabu Brawijaya V dengan cara menawarkan Putri Campa ( Islam ) supaya di persunting untuk menjadi istri Prabu Brawijaya V. Naamun upaya ini gagal, Prabu Brawijaya V tidak berhasil untuk di islamkan. Tetapi karena kekuasaan, kewenangan, kejayaan yang dimilikinya sebagai seorang Raja,Kerajaan besar yang mempunyai pengaruh besar serta luas, pada masa itu. Prabu Brawijaya V tetap menikahi Putri Campa, hal ini menyebabkan semakin meruncingnya konflik yang terjadi di kerajaan Majapahit. Pernikahan ini menimbulkan reaksi protes yang keras dari kalangan elit Istana yang lain. Pujangga Anom Ketut Suryangalam atau yang lebih di kenal dengan Ki Ageng Kutu ( Raja dari buah Kerajaan Wengker ), menciptakan sebuah kesenian untuk menggambrakan rasa kekecewaannya. Kesnian yang di ciptakan oleh Ki Ageng Kutu adalah Barongan, dan dalam perkembangan selanjutnya lebih di kenal dengan nama REOG.
            REOG mempunyai ciri khas berupa kepala harimau dan dadak merak. Ciri khas dalam Reog ini merupakan sebuah kritikan dari Ki Ageng Kutu, di mana kepala harimau menyimbolkan seorang raja, yang kuat, gagah, di segani oleh rakyatnya, tapi bisa di taklukkan oleh seorang wanita yang cantik kemudian di beri simbol dadak merak.
            Kita lihat dalam REOG itu yang lebih dominan adalah dadak meraknya. Kenapa dalam REOG yang lebih dominan adalah dadak merak yang semula adalah barongan ?
            Penulis beranggapan bahwa seorang raja yang bijaksana, di segani oleh rakyatnya, tidaksepantasnya melakukan sebuah hal yang bisa menyebabkan kerugian buat rakyat maupun orang lain. Jangan hanya karena kecantikkan seorang wanita seorang raja bisa melakukan tindakan yang tidak terpuji yaitu tidak menepati janjinya, sehingga ini mengakibatkan konflik dalam kerajaan sendiri dan memancing kemarahan banyak orang, hal ini di gambarkan dengan REOG, dimana kepala harimau ( yang melambangkan sebuah keperkasaan ) di kuasai oleh dadak merak ( yang melambangkan takluknya sang harimau ( raja ) oleh kecantikkan wanita ).
2.Asal Mula Kerajaan Batoro Katong, kemudian Menjadi Ponorogo, dan Penyebaran  Islam.
            Masa kejayaan pasti akan tiba saat masa redupnya kejayaan, seperti roda yang berputar dalam dinamika kehidupan, dan itu merupakan sebuah hal yang lumrah terjadi dalam fase kehidupan manusia.
            Seperti waktu kejayaan Islam, dengan segala keunggulan di bidang politik, administrasi, keilmuan, pemerintahan yang harus tergeser oleh kecemerlangan bangsa barat dalam segala bidang, sampai saat ini atau yang sering kita sebut dengan masa 7 ( tujuh ) abad, kemudian 7 ( tujuh ) abad berikutnya.
            Hal ini telah di firmankan Allah SWT, dalam Al- Qur’an surat Al- Isra’ ayat 5 dan 6, sebagiamana firmannya :
            “ Ketika datang hukuman yang pertama yaitu penindasan raja Jalut atas Bani Israil, lalu kami jadikan Thalut dan Dawud, dua hamba kami yang memiliki kekuatan hebat sebagai pemimpin kalian. Lalu tentara Jalut memasuki lorong – lorong negeri Bani Israil sambil melakukan kerusakan. Kejadian  itu adalah ketetapan Allah yang pasti berlaku”. ( QS. 17 : 5 )[3].
            “ Wahai Bani Israil kemudian kami berikan kesempatan kepada kalian mengalahkan kembali tentara Jalut untuk kedua kalinya. Kami juga memberikan banyak harta dan anak – anak kepada kalian, dan jumlah kalian lebih banyak ‘’. ( QS. 17 : 6 ).[4]
            Dari kedua ayat itu bisa kita interpretasikan setiap kali masa kejayaan atau kemenagan pasti akan tiba saatnya masa – masa, dimana kekalahan dan ketertinggalan suatu kaum atau bangsa. Dan itu merupakan sebuah ketetapan Allah yang pasti berlaku, di mana masa kejayaan juga harus menalami masa keredupan, ataupun sebaliknya masa redup juga harus merasakan masa kejayaan.
            Zaman Rasul dan para sahabat dahulu juga pernah mengalami masa- masa ini, waktu itu isalm masih masih merupakan sebuah agama yang baru di sebarkan di Makkah dan mendapatkan banyak tentangan dari penduduk sekitar Makkah, akan tetapi “ Ketetapan Allah pasti berlaku ‘’. Islam berhasil untuk mengajak para penduduk Makkah dan Madinah, bahkan dunia untuk memeluk Islam, meskipun banyak rintangan yang harus di lewati. Setelah Rasulullah wafat kepemimpinan di gantikan oleh khulafur Rasyidin, pada masa ini Islam berhasil di sebar luaskan samapai daerah Persia dan Rumawi dimana ini merupakan dua basis  kekuatan besar, yang terdapay di Dunia masa itu.
            Begitu juga yang di alami pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya V ( Kerajaan Majapahit ) yang mengalami masa – masa kemunduran , setelah sekian lama berhasil melebarkan sayap kekuasaannya di pelosok Nusantara. Kemudian Kakak tertua Batoro Katong ( Lembu Kanongo ), kemudain berganti nama dengan nama” Raden Patah”, memutuskan untuk meningglakan Kerajaan Majapahit dan mendirikan sebuah kesultanan Demak Bintoro.
            Masa kemunduran sebuah kerajaan setelah masa keajayaanya juga telah di Firmankan Allah dalam Al- Qur’an surat AR- RUUM ayat 2-6.
            Kerajaan Rum telah di kalahkan”  ( QS. 30 : 2 )[5].
            “ Di Bagian tepi negeri Syam dekat dengan negeri Arab. Kerajaan Rum kelak akan mengalahkan lawannya”. ( QS.30: 3)[6].
            “ Beberapa tahun lagi. Semua ketetapan ada di tangan Allah, ketika kerajaan Rum kalah atau menang. Pada hari kerajaan Rum menang, orang – orang mukmin Makkah merasa bergembira” ( QS. 30 : 4 )[7].
            “Karena mendapat pertolongan Allah. Allah memberi pertolongan kepada siapa saja yang di kehendaki-Nya. Allah adalah Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk- Nya”. ( QS. 30 : 5)[8].
            “ Kemenangan kerajaan Rum setelah kekalahannya merupakan janji Allah kepada orang – orang mukmin Makkah. Allah tidak menyalahi janji – Nya. Akan tetapi sebagian besar manusia tidak mau mengerti kebenaran janji Allah”. ( QS. 30 : 6 [9]).
            Tak lama kemudian sang adik “Lembu Kinegoro ”, pergi menuju kerajaan kakanya untuk mendapatkan pendidikan, dan ilmu dari kakaknya selama di Demak, beliau mendapatkan wejangan dari Wali Songo untuk mempelajari Islam, lebih jauh lagi. Beriringan dengan waktu yang berjalan dan berganti, selama Batoro Katong berada di Demak, sang kakak ( Raden Patah ) melihat banyak keanehan dalam diri sang adik. Kemudian Raden Patah memanggil adiknya ( Batoro Katong ).
 Sang kakak menyuruh adiknya Batoro Katong untuk pergi menacari informasi tentang wilayah yang berada di timur  Gunung Lawu dan Gunung Wilis sampai Pantai Selatan.
Demi kepentingan ekspansi kekuasaan dan Islamisasi, penguasa Demak mengirimkan seorang putra terbaiknya, yakni Batoro Katong dengan salah seorang santrinya bernama Selo Adji dan di ikuti oleh 40 orang santri senior yang lain. Setelah mereka sampai di wilayah Wengker mereka mencari suatu tempat yang sekiranya nyaman untuk mereka tinggali. Kemudian mereka menemukan suatu wilayah yang sekiranya pantas untuk di jadikan tempat tinggal, yaitu di dusun Plampitan, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan [10].
Setelah mereka berada di sana mereka bertemu dengan Ki Ageng Mirah yang sejatinya sudah memeluk Islam, akan tetapi untuk menyebarkan atau mendakwahkan kepada masyarakat daerah itu kesulitan. Sebab di wilayah itu sudah ada sebuah kerajaan yang memrintah dengan Raja yang bernama Ketut Surya Ngalam, di mana, dia adalah seorang raja dari kerajaan Wengker. Masyarakat Wengker saat itu beragama Hindhu – Budha, serta ada yang mempunyai keyakinan animisme – dinamisme.
Melihat itu mereka pun pergi kembali ke Demak untuk melaporkan situasi yang telah mereka amati kepada Sang Raja Demak. Ki Ageng Mirah mereka ajak untuk datang ke Demak.
Setelah tiba di Demak mereka mengahadap sang Raja ( Demak ). Serta mereka menceritakan apa yang telah mereka cermati. Tak lama kemudian setelah, beberapa hari Sang Raja Demak memanggil Batoro Katong, Ki Ageng Mirah, dan Selo Adji. Mereka oleh Raja demak di naikkan pangkat atau jabatan mereka. Untuk Batoro Katong di angkat menjadi Adipati, yang menguasai daereh timur Gunung Lawu dan Gunung Wilis samapai ke laut selatan. Selo Adji di angkat menjadi patih, sementara untuk Ki Ageng Mirah di angkat menjadi Penyebar agama[11].
Sebelum Batoro Katong dan ketiga kawannya itu pergi dari Kerajaan Demak, dan menuju ke daerah yang mereka tuju. Tak lupa Sang Raja Demak memberikan pesan kepada Batroro Katong supaya :
·         Jika sudah menjadi Adipati ia disuruh untuk dataang ke Demak setiap tanggal satu Ramadhan, bula Idul Fitri dan tanggal sepuluh bulan Dzul Hijjah untuk melaksanakan shalat bersama-sama di Masjid Aggung Demak.
·         Setelah Negara Ponorogo berdiri sebarkanlah agama islam.
·         Harus bisa menjiwai/momong rakyatnya.
·         Janganlah mempunyai watak adigang, adigung, adiguna.
·         Berbudilah baik dan bijaksana.
·         Ngedohono mo-limo. Mangani, madon, madat, main lan maling.
·         Bersungguh-sungguhlsh dalam menjalani agama Islam.
·         Jika berhadapan dengan orang yang lebih tua, ambillah nasehat darinya.
·         Jika sudah menjadi sebuah Negara, maka perhatikanlah nasib rakyatmu.
·         Jika mau membangun sebuah Negara, bangunlah desanya dulu[12].
Serta oleh Raden Patah nama dari adiknya Lembu Kinegoro, untuk di tambahkan Batoro. Tujuannya supaya masyarakat Wengker bisa menerima keberadaan beliau di tengah – tengah kehidupan mereka.
Mereka bertiga berangkat ke daerah yang mereka tuju, setelah merasa cukup. Setelah sampai di daerah sekitar Lawu, mereka mencari sebuah tempat yang sekiranya cocok untuk mereka babad. Dan ditemukannya sebuah tempat yang sekiranya cocok yaitu daerah glagah wangi. Tempat itu berada di sekitar selatan sungai Kategan.
Setiap sehabis Shubuh mereka memebabad tempat itu, dan sebagaian kayunya di jadikan bahan untuk membangun rumah. Akn tapi hampir setiapa hari ada musibah. Kemudian ketiga tokoh itu bersemedi untuk mencari tahu apa yang sebenarnya menyebabkan musibah – musibah itu. Di tengah semedi, mereka bertemu dengan makhluk yang bernama Joyodrono. Dahulu kalanya Joyodrono adalah seorang penggembara dan seorang pertapa, hal ini yang menjadikan Joyodrono menjadi manusia setengah siluman yang kadng terlihat, kadang menghilang. Kemudian mereka bertanya kepada Joyodrono tentang penyebab kekacauan itu. Joyodrono mengatakan bahwa sebelum Batoro Katong, dkk. Membabad hutan ini sudah ada yang membabad hutan ini lebih dulu. Joyodipo namanya, tak lama kemudian Joyodipo yang merupakan bangsa Jin. Setelah Joyodipo keluar Joyodrono menghilang.
Mereka bertiga bermusyawarah dengan Joyodipo perihal temapat yang sekiranya bisa untuk di-babad.Kemudian di ambil sebuah keputusan untuk membabad daerah yang bernama Kota Segala- Segala. Yang sekarang bernama Kota Ponorogo.
Waktu membabad kesana, mereka bertiga ( Batoro Katong, Ki Ageng Mirah. Dan Selo Adji ). Harus berhadapan dengan seorang Raja yang tangguh. Raja itu berasal dari Kerajaan Wengker. Bernama Ketut Suryo Ngalam atau lebih di kenal Ki Ageng Kutu.
Ki Ageng Kutu ini tidak mudah untuk di kalahkan. Karena Batoro Katong sudah terdesak menghadapai Ki Ageng Kutu, maka Batoro Katong berinisiatif untuk menglahkan Ki Ageng Kutu, dengan cara menikahi putrinya yang bernama Niken Sulastri ( Niken Gandini ). Setelah menikah dengan Niken Sulastri Batoro Katong mulai mencari tahu tentang pusaka yang di miliki oleh Ayahnya. Niken Sulastri menjawab bahwa pusaka yang di miliki Ayahnya bernama Koro Welang yang kemudian diambil oleh Batoro Katong.
Kondisi tersebut menyebabkan Ki Ageng Kutu terdesak dalam beberapa pertempuran. Pada akhirnya Ki Ageng Kutu menghilang , pada hari Jum’at wage di daerah sekitar Wringun Anom Sambit. Tempat menghilanganya Ki Ageng Kutu lebih di kenal dengan nama Gunung Bacin yang terletak di Bungkal.
Setelah Ki Ageng Kutu berhasil di hilangkan oleh Batoro Katong. Beliau mengumpulkan semua Rakyat Ponorogo dan berpidato, bahwa dirinya adalah manusia setengah dewa. Hal ini di lakukan karena waktu itu masyarakat Ponorogo masih percaya dengan keberadaan dewa- dewa, dll. Sealin itu supaya masyarakat Ponorogo bisa menerima kehadirannya.
Setelah itu secara perlahan beliau membangun sebuah Istana, dan melakukan Islamisasi. Pada tahun 1486 hutan tellah di babad habis atas perintah Raja Batoro Katong. Makhluk halus merupakan salah satu penggangu hebat dalam membabad hutan itu, akan tetapi berkat bantuan Warok dan para prajurit itu semua bisa di atasi[13].
Penduduk mulai berdatangan, bangunan – banguan mulai di dirikan, sistem perekonomian dan pemerintahan mulai di jalankan. Istrinya Niken Gandini di boyong untuk tinggal bersama Raja Batoro Katong, sementara itu adiknya yang bernama Suromenggolo tetap di biarkan untuk tinggal di Desa Ngampel. Oleh Raja Batoro Katong daerah itu di berinama Prana Raga, di mana kata itu di ambil dari Pramana Raga yang berarti Pono itu wasis, pintar. Dan Raga yang berarti jiwa, jasmani.
Hari kelahiran Ponorogo oleh masyarakat Ponorogo lebih di kenal dengan istilah suro. Karena Ponorogo lahir pada tanggal 11 Agustus 1496 M atau 1 Dzulhijjah 901 H. Dan untuk selanjutanya tanggal 11 Agustus di tetapkan sebagai hari Jadi Ponorogo[14].
3.Cara Menyebarkan Islam.
            Sebelumnya kita simak Firman Allah Swt, dalam QS. Al- An’am ayat 74.
            “Wahai Muhammad, ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar: “ Wahai bapakku apakah engkau menjadikan patung – patung itu sebagai tuhan – tuhan Selain Allah? Aku menganggap kamu dan kaummu benar – benar sesat. ( QS. 6 : 74 )[15].
            Begitu juga dengan semangat Batoro Katong untuk menyebarkan Islam di tanah Ponorogo yang sebelumnya mereka berkeyakinan Hindhu – Budha, dan animisme – dinamisme. Batoro Katong mempunyai keinginan untuk bisa mendakwahkan Islam kepada semua masyarakat Ponorogo.
            Ini menurut penulis sama dengan teori penyebaran agama Hindhu – Budha, masa sebelum Islam. Yaitu adalah teori Brahmana, yang di kemukakan oleh J.C. Van Leur [16].
            Dan penulis setuju dengan teori ini sebagai salah satu teori yang di gunakan untuk menyebarkan Islam di Ponorogo. Alasannya adalah kaum Brahmana atau bisa juga di katakan orang yang mempunyai kelebihan dari pada orang pada umumnya, dalam islam di katakan para ulama (orang yang berilmu ), yang sudah paham tentang ilmu agama yang akan di dakwahkan atau yang akan di sebarkannya. Seperti apa yang telah di lakukan oleh Batoro Katong, selain dia seorang raja, dia bisa juga di katakan seorang ulama yang menyebarkan Islam dan memberikan dasar tentang Islam pada masyarakt Ponorogo.
            Allah berfirman tentang hanya para ulama yang bisa mengerti tunduk dan taat pada- Nya. Dalam Al- Qur’an surat Fatthir ayat 28. Sebagaimana Firmannya :
            “Allah ciptakan manusia, hewan – hewan melata dan hewan ternak yang berlainan warnanya. Begitulah. Hamba- hamba Allah yang takut kepada- Nya hanyalah orang yang berilmu. Sungguh Allah Mahaperkasa lagi MahaPengampun”.( QS. 35 : 28 )[17].
            Setelah Wengker berhasil di taklukkan Batoro Katong, dengan tekad meneladani Rasullullah, ketika terjadi peristiwa Futtuhul Makkah. Dengan penuh samangat mengamalkan salah satu Firman Allah dalam Al- Qur’an yaitu Surat Al- Isra’ ayat 81.
            Wahai Muhammad, katakanlah : “ Kemenangan Islam di Kota Makkah pasti datang dan kesyirikan pasti lenyap dari kota Makkah. “ Sesungguhnya Kesyirikan di Kota Makkah pasti lenyap” ( QS. 17 : 81 ) [18].
            Saat Batoro Katong menjadi Raja di Kadispten Ponorogo, di Ponorogo sudah ada sebuah kesenian yang di buat oleh Ki Ageng Kutu, yang pada mulanya Kesenian itu di dedikasikan oleh Ki Ageng Kutu untuk memprotes perbuatan Prabu Brawijaya V yang tetap menikahi Putri Campa (Islam), di mana tujuan awalnya supaya Prabu Brawijaya V memeluk Islam setelah menikahi Putri Campa, akan tetapi Prabu Brawijaya tetap tidak memeluk Islam.
            Kesenian REOG inilah yang di manfaatkan oleh Batoro Katong sebagai media dakwahnya. Beliau membuat sedemikian rupa supaya REOG ini bisa di jadikan sebagai media dakwah. Salah satunya dengan menghilangkan unsur – unsur hindhu- budha dari kesenian REOG ini.
            Allah berfirman dalam QS. Yunus ayat 104.
            “ Wahai Muhammad, katakanlah “ Wahai manusia jika kalian tetap meragukan kebenaran agamaku, ketahuilah bahwa aku tidak akan menyembah tuhan – tuhan yang kalian sembah selain Allah. Aku hanya menyembah Allah. Tuhan yang mematikan kalian. Aku di perintahkan agar aku menjadi golongan orang yang beriman”[19].
            Seperti yang di katakan sebelumnya.Salah satu bentuk dedikasi Batoro Katong dalam mendakwahkan Islam di Ponorogo adalah dengan membuat kesenian REOG sebagai media untuk berdakwah adapun yang di lakukan Batoro Katong dengan REOG sebagai media dakwah adalah :
1)      DADAK REYOG
Dadak reyog diambil dari bahasa arab “Riyoqun” yang bermakna Khusnul Khotimah. Hal ini bisa diartikan seluruh perjalanan hidup manusia dilumuri dengan berbagai dosa dan noda, bilamana sadar dan beriman yang pada akhirnya bertaqwa kepada Tuhan maka jaminannya adalah sebagai manusia yang sempurna dan menjadi muslim sejati. Dalam Reyog terdapat topeng Harimau (Barongan / Cekathakan ) yang angker dan angkuh dihiasi oleh bulu burung merak yang hijau kebiru – biruan dan mengkilat. Topeng harimau melambangkan kejahatan dan bulu merak melambangkan kebajikan. Ini mengingatkan kepada kita bahwa setiap kejahatan akan terkalahkan oleh kebajikan.
Selain warna bulu merak yang indah, kalau kita amati ada 4 (empat) warna yang dominan dalam kesenian reog yaitu hitam, putih, kuning dan merah. Warna – warna ini bukanlah tanpa makna namun para pinesepuh telah menempatkan warna yang mempunyai makna atau yang menyimbolkan nafsu – nafsu yang ada dalam diri manusia. Secara garis besar warna – warna itu menyimbolkan :
a. Warna Merah menyimbolkan nafsu AMARAH
b. Warna Putih menyimbolkan nafsu MUTH’MAINAH
c. Warna Hitam menyimbolkan nafsu ALWAMAH
d. Warna Kuning menyimbolkan nafsu SUFIYAH
Simbol nafsu manusia ini dapat dipahami secara mendalam oleh beberapa atau pemain dan penonton kesenian reog. Wacana ini dapat diterangkan oleh sesepuh atau penangkapan secara alami oleh penonton dan penari. Simbolisasi ini juga relevan dengan proses kejiwaan dalam ilmu kanuragan Jawa yaitu dimulai dari proses KANURAGAN, KASEPUHAN, KASUKSMAN dan KASAMPURNAN. Simbolisasi atas warna – warna dominan dalam kesenian Reog inilah yang dapat dipetik dari tujuan Tontonan yang bisa membawa ke arah Tuntunan.
2)       KENDANG
Kendang diambil dari Bahasa Arab “Qoda’a” yang bermakna rem. Artinya sebagai manusi yang hidup dimuka bumi kita harus sadar bahwa kita tak akan hidup selamanya. Maka dari itu dibutuhkan rem untuk mengendalikan kehidupan kita agar tak terjerumus dalam keangkara murkaan.
Kendang menentukan irama cepat atau lambat dan berbunyi dang, dang, dang. Ndang artinya segeralah, berarti segeralah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan[20].
3)      . KENONG
Kenong diambil dari Bahasa Arab “Qona’a” yang bermakna menerima takdir. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita dilarang untuk mengeluh dengan apa yang terjadi pada diri kita. Kita diwajibkan untuk selalu berusaha dan berdoa untuk merubah hidup kita.
Kenong memiliki suara nang, ning, nong, nung. Nang berarti ana, ning berate bening, nong berarti plong (mengerti), nung berarti dumunung (sadar). Maksutnya setelah manusia ada lalu berfikir dengan hati hyang bening maka dapat mengerti sehingga sadar bahwa keberadaannya tentu ada yang menciptakannya yaitu Allah SWT

4)       KETIPUNG
Ketipung diambil dari Bahasa Arab”Katifun” yang berarti balasan. Setiap perbuatan yang kita lakukan dimuka bumi ini akan mendapatkan balasan dari tuhan kelak di hari akhir. Untuk itu kita dianjurkan untuk selalu berbuat kebajikan setiap waktu.
5)       KETHUK
Diambil dari Bahasa Arab “Khotok” yang berarti banyak salah. Manusia adalah tempatnya berbuat salah dan dosa, maka dari itu kita selalu diingatkan untuk selalu bertaubat.Kethuk berbunyi thuk, artinya matuk atau setuju[21].
6)       GONG KEMPUL.
Gong berarti Gung, setiap amal manusia dipertanggungjawabkan dihadapan Yang Maha Agung. Kempul berasal dari Bahasa Arab “ Kafulun” artinya pembalasan atau imbalan. Setiap perbuatan yang kita lakukan akan dicatat oleh malaikat yang selalu menyertai kita. Kempul artinya kumpul atau jama’ah. Setelah ditabuh sekali dua kali, tiga kali disusul bunyi gong yang artinya agung. Lagu yang dibunyikan selalu berakhir dengan bunyi gong. Semua ibadah kita tujukan kepada yang Maha Agung.
7)       TEROMPET ATAU SULING
Diambil dari Bahasa Arab “Shuwarun” artnya peringatan. Hidup manusia didunia hanya sementara, kita selalu diingatkan untuk mengisi hidup kita dengan kebaikan. Suling artinya eling atau ingat. Ingat kepada yang menjadikan hidup. Ingatbahwa hidup di dunia tidak lama. Ingat bahwa ada kehidupan yang kekal dan bahagia yang dapat dicapai dengan amal ibadah sebanyak-banyaknya.
8)      ANGKLUNG
Berasal dari Bahasa Arab “Anqul” artinya peralihan. Artinya peralihan dari hal buruk menjadi baik.
9)      WAROK.
Berasal dari bahasa Arab “Wira’I” artinya tirakat. Kehidupan dunia ini penuh godaan dari segala penjuru, untuk itu perlu tirakat untuk menjauhkan godaan-godaan tersebut.


10)   PENADHON.
Dari Bahasa Arab “Fanadun” artinya lemah. Setiap manusia memiliki kelemahan atau kekurangan-kekurangan, namun kita dilarang berputus asa karena kelemahan kita.
11)   USUS-USUS Atau KOLOR
Diambil dari Bahasa arab “ Ushusun” artinya tali atau ikatan. Manusia wajib berpegang teguh pada tali Allah dalam hubungan vertical kepada Tuhan YME dan hubungan dengan sesama manusia. Selain itu Islam sangat menganjurkan umatnya untuk selalu menjaga ikatan silaturahmi[22].
4. Alkulturasi.
            Batoro Katong di perkirakan wafat pada abad 15[23]. Beliau di makamkan di daerah sekitar yang masih berada pada kawasan Kerajaan atau yang sekarang lebih populer di kenal dengan nama Dusun Setono. Makam beliau selalu ramai di kunjungi oleh para peziarah, baik dari dalam kota maupun luar kota. Terutama pada malam Jum’at dengan tidak di landasi oleh alasan tertentu.
            Bahkan dulu para peziarah tidak boleh jalan kaki biasa bila masuk ke makam Batoro Katong, melainkan dulu harus berjalan dengan duduk alasannya untuk menghormati beliau.
            Adapun peninggalan yang berada di sekitar makam Batoro Katong adalah di temukannya sebuah petunjuk tentang kapan sekiranya, Batoro Katong mendirikan Kadipaten Ponorogo. Di depan Gapura pertama yang berdaun pintu terdapat sepasang batu yang menyerupai sebuah tempat duduk lebih lanjut sering Batu Gilang. Batu itu tertulis sebuah lukisan berupa Candra, sangkakala, memet, dari belakang ke depan berupa : manusia, pohon, burung garuda, dan gajah.
            Dan menurut ahli kunci Makam, lukisan ini masih belum bisa di jelaskan maksudnya. Apakah itu tahun kelahiran Batoro Katong, apa tahun wafatnya, atau tahun berdirinya kadipaten Ponorogo. Tapi informasi Ahli kunci Makam Batoro Katong lukisan itu mengisyaratkan sebuah angka yaitu :
Manusia                       : angka 1.
Pohon                          : angka 4.
Burung Garuda                        : angka 1.
Gajah                           : angka 8.
            Yang berarti itu adalah tahun 1418.
5. Eksistensi Budaya Lama sampai Saat Ini.
            Untuk eksistensi budaya lama setelah terjadi bermacam – macam budaya baru yang masuk Ponorogo. Selama ini eksistensi budaya lama masih bisa tetap di pertahankan. Hal ini menandakan tentang antusias dari masyarakat Ponorogo untuk tetap mempertahankan sejarah dan peninggalan seorang tokoh legendaris, seperti orang bijak mengatakan :
Sebuah bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsa sendiri.
Selain itu Batoro Katong memang tidak bisa di lepaskan dari alam bawah sadar masyarakat Ponorogo. Serta menjadi simbol masa lalu ( sejarah ) sekaligus bagian dari masa kini.

















KESIMPULAN
           
Ponorogo selain terkenal dengan sebutan sebagai kota REOG, kota Santri maupun kota kuliner. Ponorogo memiliki sisi histori yang menarik. Dari asal mula berdirinya Ponorogo, agama sebelum dan sesudah Kerajaan Batoro Katong berdiri atau kemudian di kenal dengan Kab. Ponorogo, serta penyebaran Islam di wilayah Ponorogo yang sebelumnya di kuasai oleh Kerajaan Wengker yang di pimpin oleh Ketut Surya Alam, di mana waktu itu mayoritas penduduknya masih beragama Hindu- Budha. Dan bagaimana eksistensi budaya lama setelah Raja Batoro Katong wafat.
Penghargaan masyarakat Ponorogo terhadap peninggalan – peninggalan masa lampau perlu di acungi jempol, karena sampai sekarang masyarakat masih merawat dan mempertahanakan peninggalan masa lampau meski di tengah budaya baru yang tengah eksis di tengah masyarakat saat ini. Ini tercermin pada tetap lestarinya kesenian REOG salah satunya, di mana saat ini dance dari mancanegara sangat di gandrungi oleh para anak muda. Dan masih ramainya peziarah atau pengunjung yang mendatangi makam Batoro Katong, ini menunjukkan antusias dari Masyarakat baik dari Ponorogo maupun dari luar Ponorogo , terhadap sosok Legenda masa lampau yang  mempunyai jasa dalam penyebaran Islam selain sebagai pendiri Kota Ponorogo dan sebagai Raja dari Kerajaan yang di pimpinya. Tentunya merupakan sebuah kebanggaan sendiri bagi masyarakat Ponorogo. Meskipun Ponorogo ini bukan merupakan sebuah kota yang besar, akan tetapi Ponorogo cukup menarik untuk para wisatawan baik dari lokal, maupun luar lokal, bahkan Mancanegara untuk berkunjung di Ponorogo. Terutama pada saat memperingati hari lahirnya kota Ponorogo atau yang sering di sebut dengan Suro.














DAFTAR PUSTAKA.

2. http://bumi wengker. blogspot.com.
3. Thalib, Al-Ustadz Muhammad. Al-Qur’an Tarjamaah Tafsiriyah. Yogyakarta: MA’HAD AN-  NABAWY.Febuari 2012.
4. Babad Ponorogo.
6. TIM LAPIS PGMI. IPS 2.








[1]http://www.ponorogo.go.id/web2/ponorogo1/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=101&Itemid=473.
[2] http://bumi wengker. blogspot.com ( Jum’at tanggal 28-12-2012 ), jam 16 : 10. 

[3] Al-Ustadz Muhammad Thalib, Al-Qur’an Tarjammah Tafsiriyah, hlm. 336.
[4]Al- Ustadz Muhammad Thalib,.....hlm. 336.
[5] Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm. 503.
[6] Al- Ustadz Muhammad Thalib,.....hlm. 503.
[7] Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm. 504.
[8] Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm. 504.
[9] Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm. 504.
[10]http://bumi wengker. blogspot.com ( Jum’at tanggal 28-12-2012 ), jam 16 : 10. 


[11] Babad Ponorogo.
[12] Babad Ponorogo.
[13] http://bumi wengker. blogspot.com ( Jum’at tanggal 28-12-2012 ), jam 16 : 10. 



[14] http://id.wikipedia.org/wiki/BatharaKatong ( Jum’at, 28 - 12 – 2012 ).
[15] Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm. 160.
[16] Tim Lapis PGMI.IPS 2. hlm. 2-9.
[17] Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm.546.
[18] Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm.81.
[19] Al-Ustadz Muhammad Thalib, ....hlm. 104.
[20] http://walusongo.wordpress.com.( Jum’at tanggal 28-12-12 ), jam 16 :12.

[21] http://walusongo.wordpress.com.( Jum’at tanggal 28-12-12 ), jam 16 :12.

[22] http://walusongo.wordpress.com.( Jum’at tanggal 28-12-12 ), jam 16 :12.

[23] http://cintareog.blogspot.com. Jum’at tanggal 28-12-2012. Jam 16:35.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar