Sabtu, 16 Februari 2013

Kehidupan Sosial


KEHIDUPAN SOSIAL.
Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Ilmu Pengetahuan Sosial 2 “.


Dosen Pengampu : Ahmad Syaikudin.
Oleh kelompok  I          :      
Muh. Shulthon. R                  ( 21061079 ).
Yusrin Nihayati            (
Eko Aprianto                (
SEKOLAH TINGGI AGAM ISLAM NEGERI
STAIN ( PONOROGO ).
JL. PRAMUKA NO. 156 TELP. 0352-481277 FAX O352-461893.

KATA PENGANTAR
Alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang melimpahkan rahmat taufik serta hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
            Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya dari zaman jahiliyah hingga sekarang ini.
            Dan tak lupa  penulis ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pangampu dan teman – teman di kelas PGMI-C semester 2 yang telah membantu tim penulis sehingga makalah ini terselesaikan.
            Dengan di susunnya makalah ini penulis berharap semoga bermanfaat khususnya bagi tim penulis dan umumnya bagi pembaca.



Ponorogo,  21 September 2012


Kelompok 1.






DAFTAR ISI.
Kata Pengantar           : ……………………………………….         2
Daftar Isi                   :    ……………………………………....         3         
Pendahuluan   :     ……………………………………………          4
Pembahasan    :         A. Pengertian  Sistem Sosial……………….  6
B. Interaksi Sosial……………………………9
C.Status Dan Peran Sosial …………………  13.
D.Struktur Sosial ..........................................  15.
E. Norma dan Nilai Sosial ............................. 17.
F. Sosialisasi ……………………….............. 18.
G Perubahan Sosial. ……………………… .. 20
            Kesimpulan     :           ………………………………………………  23.
            Penutup           :           ………………………………………………  24.
          Daftar  Pustaka:          ………………………………………………   25.
                            






PENDAHULUAN.
“ Saya tidak bermaksud menyembunyikan fakta yang tidak saya sukai tentang kemegahan semua hal yang di penuhi kebijaksanaan seperti yang menjadi kecenderungan masa kini. Karena saya yakin bahwa..... metode- metode yang telah di sepakati pasti terus – menerus meningkatkan ketololan dan kesalahan ini, dan bahkan pembinasaan menyeluruh atas semua prestasi khayal itu mustahil menjadi seberhaya ilmu pengetahuan fiksi ini beserta turunannya yang terkutuk” ( dalam masyarakat terbuka dan Musuh- musuhnya karya Karl R. Popper).
KANT.
Makalah ini berisi tentang pembahasan- pembahasan tentang hal- hal yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat, beserta aspek- aspek kendala yang terjadi di dalam kehidupan sosial masyarakat ini.
Hal ini bisa di lihat dari daftar isinya yang mencakup tentang interaksi sosial, status sosial, struktur sosial, norma dan nilai sosial, perubahan sosial. Yang sering kali menimbulkan konflik dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Sering kita mendengar kalimat yang mengatakan manusia sebagai” makhluk sosial”. Ini memberikan sebuah isyarat pada kita bahwa manusia itu hidup selalu membutuhkan orang lain dan tak mungkin manusia bisa hidup sendiri dalam kehidupan ini tanpa butuh bantuan dari orang lain. Menurut kami dari filosofi di atas yang menjadi landasan munculnya beberapa filosofi- filososfi lainnya di Dunia ini, di antaranya filosofi di Negara kita yaitu Indonesia dengan muncul filosofi bangsa “ Bhineeka Tunggal Ika “ ( Berbeda – beda tapi tetap satu ).  Meskipun filosofi di atas di khususkan untuk persatuan bangsa, sekiranya tak berlebihan jika filososfi itu juga mengandung nilai manusia sebagai makhluk sosial. Karena meskipun kita mempunyai banyak perbedaan kita tetap membutuhkan bantuan orang lain, dan orang lain juga membutuhkan kita dalam bentuk bagian diri kita dalam masyarakat baik lingkungan, dan negara.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 yang maknanya:
“ Wahai manusia sungguh- sungguh kami ciptakan kalian dari seorang laki- laki dan seorang perempuan. Kemudian kami jadikan kalian berbangsa- bangsa dan bersuku- suku supaya kalian saling memahami. Sungguh orang yang paling mulia di antara kaliandi sisi Allah adalah orang yang paling berksih dari syirik. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Luas Ilmu-Nya”.[1]
Kita bisa ambil makna interpretasi dari firman Allah di atas bahwa manusia itu pada fitrahnya diciptakan sebagai makhluk sosial. Yang artinya manusia tidak dapat hidup sendiri atau dalam kata lain hidup bermasyarakat merupakan satu keniscayaan bagi mereka.
Dan dalam Surat Al-Alaq ayat ke 2, yang artinya :
“ Allah telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.
Ini bisa kita maknai interpretasinya dengan sesuatu yang menempel pada didinding rahim ibu. Di mana ini menunjukkan bahwa semenjak kita dalam kandungan sudah membutuhkan bantuan untuk bisa bertahan hidup.
Hal ini berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi dalam kehidupan masyarakat sekarang ini, yang sering terjadi konflik karena di akibatkan oleh perbedaan / kasus SARA     ( Suku, Agama. Ras, dan Antar Golongan). Yang telah banyak menimbulkan ketidak tentraman dan ketidak harmonisan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tentunya masih hangat di benak kita tentang kasus Sampang di Madura ( Indonesia ). Kasus pertikaian antara Syi’ah dan Sunni, yang telah mengakibatkan banyak kerugian baik dari materil, moril sampai nyawa.
Alangkah baiknya jika kita bisa memahami firman- firman Allah dalam Al- Qur’an serta bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari, tentunya ini bisa untuk menjaga ukhuwah insan di bumi sebagai khalifah yang di pilih Allah di Bumi.




PEMBAHASAN.
A.PENGERTIAN SISTEM SOSIAL.
            Sebelum kita memasuki pembahasan tentang penegertian sistem sosial. Apakah sistem dan apakah sosial itu ?
            Sistem adalah metode, cara yang teratur ( untuk melakukan sesuatu) : susunan cara[2].
            Secara etimologis, sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang artinya sehimpunan dari bagian – bagian atau komponen – komponen yang salaing berhubungan satu sama lain secara teratur merupakan suatu keseluruhan.
            Menurut Sunaryati Hartono, Guru Besar UNPAD sistem adalah sesuatu yang terdidri dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh – mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas. Sementara itu menurut Talcot Person, sistem adalah interdepensi[3] ( Interdepensi adalah bila tanpa 1 bagian / komponen maka akan mengalami guncangan. Dalam suatu sistem akan terintegrasi ke suatu equilibrium ) antara bagian- bagian, komponen – komponen dan proses – proses yang mengatur hubungan tersebut[4].
            Jadi menurut kami sistem adalah cara / metode yang  terdiri dari sejumlah unsur yang saling terkait antara satu dengan lainnya yang saling berpengaruh dan merupakan satu keseluruhan.
            Pengertian sosial dalam kamus Ilmiah Populer adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat; peduli terhadap kepentingan umum (lihat dalam kamus ilmiah populer karya Achmad Maulana dkk, hlm. 484 ).
Hidup dalam masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang di dalamnya saling berhubungan mulai dari komponen terkecil yaitu hubungan antara individu dengan individu, kemudian lingkungan keluarga, lingkungan sekitar / lingkungan masyarakat sampai pada  suatu komunitas ekosistem yang berhubungan timbal balik guna menjalankan kehidupan sosial mulai dari yang terkecil adalah hidup berkeluarga sampai pada berbangsa dan bernegara. Di mana ini tidak bisa lepas dari bantuan atau hubungan dengan orang lain.
            Dari sini bisa kita ambil interpretasi dari makna kata sosial yaitu rasa saling membutuhkan antara satu individu dengan individu lainnya yang berimplementasi pada kepentingan umum sehingga tujuan akhir dari kehidupan sosial adalah kesejahteraan dan keamanan masyarakat yang terlibat di dalamnya.
            Adam Smith mengatakan bahwa hidup di dalam masyarakat berarti hidup bersama dalam kedamaian yang mencukupi untuk menghindari kematian, mengembangbiakkan spesies – spesies dan melaksanakan kegiatan – kegiatan ekonomi yang hakiki untuk mempertahankan hidup ( dikutip dari , Tom Campbell, Tujuh Teori Sosial Sketsa, Penilaian, Perbandingan ).
            Secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang di sebut masyarakat. Masyarakat adalah orang – orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan ( Sumarjan ), contohnya masyarakat desa, masyarakat kota, masyarakat Indonesia, satuan masyarakat keluaraga, sekolah, organisasi dan sebagainya. Masyarakat sebagai suatu sistem secara fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium. Jadi kehidupan sosial ( masyarakat ) sebagai sistem sosial harus di lihat sebagi suatu keseluruhan atau totalitas dari bagian- bagian atau unsur – unsur tang saling berhubungan, saling tergantung dan berada dalam satu kesatuan.
            Sistem sosial sifatnya tidak empiris ( abstrak ) sehingga komponennya tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat di bayangkan dengan suatu konstruksi berfikir.
            Teori Sibenertika Talcott Person : Sistem sosial merupakan sustu sinergi antara berbagai sub sistem sosial yang mengalami ketergantungan dan keterkaitan[5].
            Sedangkan pengertian "sistem sosial", menurut Jabal Tarik Ibrahim dalam bukunya Sosiologi Pedesaan, adalah sejumlah kegiatan atau sejumlah orang yang mempunyai hubungan timbal balik relatif konstan. Hubungan sejumlah orang dan kegiatannya itu berlangsung terus menerus.
Dari tiga hal di atas terdapat tiga hal pokok, yaitu :
a. Dalam setiap "sistem sosial" ada sejumlah orang dan kegiatannya.
b. Dalam sustu "sistem sosial", orang-orang dan atau kegiatan-kegiatan itu berhubungan secara timbal-balik.
c. Hubungan yang bersifat timbal-balik dalam suatu "sistem sosial" bersifat konstan.
`           Sistem sosial" merupakan ciptaan dari manusia, dalam hal ini "sistem sosial" terjadi karena manusia adalah makhluk sosial. Ada beberapa hal yang membuat manusia menciptakan "sistem sosial", antara lain karena :
A.    Karena manusia mempunyai kebutuhan biologis tertentu seperti pangan , sandang , papan, dan seks.
B.     Untuk memuaskan kebutuhan ini manusia bergantung pada organisasi- organisasi kemasyarakatan.
C.     Kenyataan di atas menciptakan kebutuhan – kebutuhan  lain, yaitu kebutuhan sistem pada diri individu.
D.    Pada akhirnya manusia berusaha untuk memaksimumkan kepuasaaan pada kebutuhan dirinya.
"Sistem sosial" mempengaruhi perilaku manusia, karena di dalam suatu "sistem sosial" tercakup pula nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan aturan perilaku anggota-anggota masyarakat. Dalam setiap "sistem sosial" pada tingkat-tingkat tertentu selalu mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakan dari lingkungannya ("sistem sosial" lainnya). Selain itu, di dalam "sistem sosial" ditemukan juga mekanisme-mekanisme yang dipergunakan atau berfungsi mempertahankan "sistem sosial" tersebut[6].
Dari kedua pernyataan di atas memuculkan satu buah satu pertanyaan mengapa manusia itu hidup harus bermasyarakat? Sebagai bahan perenungan kita.
Marilah kita lihat ceramah Ceramah dari amirul mukminin yang ke- 23 berbunyi :
"Wahai massa, setiap orang—meskipun dia orang kaya—pasti butuh kepada bantuan tangan dan lisan familinya, karena mereka adalah orang-orang yang lebih sering mengayominya, mereka orang yang paling peduli mencari solusi saat dia bermasalah, orang yang paling belas kasih dan sayang saat dia tertimpa musibah. Mereka adalah nama baik yang dianugerahkan Allah kepada seseorang lebih baik dari pada harta yang diwarisinya. Ingatlah apabila salah satu dari keluarga kalian ada yang kekurangan dan membutuhkan makan, jangan sampai kalian tidak membantu, karena orang yang tidak memberi, maka hartanya tidak akan bertambah dan jika dia memberi, maka hartanya pun tidak berkurang. Orang yang berpaling untuk mengulurkan tangan bantuan kepada familinya, maka sesungguhnya dia telah menghambat satu tangan dari mereka dan membuang sejumlah besar tangan-tangan yang akan membantunya, dan siapapun yang bertindak lemah-lembut kepada sekitarnya, maka dia akan selalu disayangi oleh kaumnya”[7].
B. INTERAKSI SOSIAL.
          Kehidupan manusia tak terpikirkan di luar masyarakat. Individu- individu tak bisa hidup dalam keterpencilan sama sekali selama – lamanya. Manusia memebutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidup sebagai manusia. Kesalingketergantungan ini menghasilkan bentuk kerja sama tertentu yang bersifat ajek, dan menghasilkan bentuk masyarakat tertentu, sebuah keniscayaan[8]. Dan inilah yang menimbulkan suatu proses yang di namakan interaksi sosial.
            Homans ( dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.
Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.
Sedangkan menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
Pengertian interaksi  sosial menurut Bonner ( dalam Ali, 2004) merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya[9].
Menurut kami interaksi sosial adalah suatu hubungan atau komunikasi atau timbal- balik antar individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok, atau kelompok dengan individu yang di dalamnya saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya yang kemudian memungkinkan untuk membentuk sebuah lingkungan sosial.
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial.
·         Imitasi             :           Tindakan meniru tindakan orang lain.
·         Sugesti                        :           Sugesti ini berlangsung apabila seseorang memberikan pandangan atau sikap yang di anutnya, lalu di terima oleh orang lain. Biasanya sugesti muncul ketika si penerima sedang dalam kondisi yang tidak netral sehingga tidak bisa berfikir rasional.
·         Identifikasi      :           Meniru secara keseluruhan.
·         Simpati            :           Merupakan suatu proses, dimana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. Melalui proses simpati ini membuat orang seolah-olah dirinya berada dalam keadaaan orang lain.
·         Empati             :           Merupakan simpati yang mendalam yang dapat mempengaruhikejiwaan dan fisik seseorang[10].
Berikut ini macam- macam interaksi sosial   :
            Menurut Maryati dan Suryawati ( 2003  ) bentuk interaksi sosial di bagi menjadi tiga yaitu:
1)      Interaksi antar individu dengan individu.
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatuf, jika interaksi yang terjadi merugikan satu pihak atu keduaanya. 
2)      Interaksi antara individu dan kelompok.
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam- macam sesuai situasi dan kondisinya.
3)      Interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok.
Interaksi sosial kelompok dengan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan membicarakan suatu proyek.
Bentuk – bentuk interaksi sosial, menurut tim sosiologi ( 2002 ), interaksi sosial di kategorikan ke dalam 2 bentuk yaitu:
1.      Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, mengarah ke bentuk – bentuk asosiasi ( hubungan atau gabungan ) seperti :
a)      Kerja sama.
Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan ayau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
b)      Akomodasi.
Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok – kelompok untuk memerdekakan pertentangan.
c)      Asimilasi.
Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
d)     Akulturasi.
Adalah proses yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu di hadapkan dengan unsur – unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur kebudayaan asing itu di terima dan di olah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.[11]
2.      Proses disosiatif.
Adalah bentuk interaksi sosial yang dapat merenggangkan solidaritas antar individu sampai dengan kelompok. Proses disosiatif terdiri dari ( persaingan, kontravensi, dan konflik ).
a. Persaingan (competition) Persaingan adalah proses sosial dimana individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui suatu bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum, dengar. cara menarik perhatian publik atau mem-pertajam prasangka yang ada, tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Beberapa bentuk persaingan antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebu¬dayaan, persaingan kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.
b.    Kontravensi (contravention)
Pada hakikatnya kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau unsur-unsur kebudayaan £olongan tertentu, yang dapat berubah menjadi ^encian, tetapi tidak sampai pada pertentangan pertikaian. Secara umum, bentuk kontravensi meliputi penolakan, keengganan, perlawanan, per-buatan menghalang-halangi, protes, dan mengecewa-kan rencana pihak lain.
c.   Pertentangan/pertikaian (conflict)
hreraksi sosial dalam bentuk pertentangan atau pertikaian terjadi jika masing-masing pihak yang sedang mengadakan interaksi, tidak menemukan kesepahaman mengenai sesuatu, kemudian berlanjut menjadi adu kekuatan, lalu timbul adanya perten¬tangan atau pertikaian. Pertentangan atau pertikaian tersebut dapat bersifat sementara atau terus-menerus[12].
Ciri – ciri interaksi sosial :
·         Jumlah pelaku lebih dari satu.
·         Terjadinya komnikasi antar pelaku melalui kontak.
·         Ada tujuan dan maksud yang jelas.
·         Dilaksanakan melalui pola sistem tertentu.[13]
Syarat – syarat terjadinya interaksi sosial :
1.      Adanya kontak sosial
Berdasarkan proses berlangsungnya, kontak sosial dapat dibedakan menjadi dua yakni :
a.      Kontak primer, terjadi secara langsung bertatapan muka, baik melalui persentuhan fisik maupun tidak, misalnya berjabat tangan, berbicara, bahasa isyarat, tersenyum.
b.                  Kontak sekunder, terjadi secara tidak langsung menggunakan media tertentu, misalnya melalui TV, telepon, danlain-lain.
Berdasarkan jumlah individu yang terlibat di dalamnya, kontak sosial dapat dibedakan:
a.      Kontak antarindividu. Contohnya: kontak antara guru dengan guru, antara penjual dengan pembeli, dan lain-lain.
b.     Kontak antarkelompok. Contohnya pertandingan sepak bola yang mempertemukan dua tim sepak bola, pertandinganvoli, perlombaan cerdas cermat, dan lain-lain.
c.      Kontak antara individu dengan kelompok. Contohnya guru sedang mengajar murid-muridnya, penceramah dengan peserta seminar, dan lain-lain.
2.      Komunikasi
Komunikasi adalah adanya tanggapan atau reaksi seseorang terhadap suatu tindakan tertentu dari orang lain. Dalam hal ini komunikasi terjadi setelah adanya kontak social.[14]
            Menurut kami dari keterangan di atas mulai dari faktor sampai dengan syarat interksi sosial. Kami mempunyai pendapat bahwa interaksi sosial secara keseluruhan itu mempunyai sifat melibatkan orang lain, di pengaruhi dan berpengaruh baik dari orang lain maupun pada orang lain, serta dinamis. Hal ini di sebabkan semakin banyak orang yang berada di sekitar kita maka semakin banyak pula pengalaman – pengalaman atau pengetahuan tentang sikap, perilaku orang lain yang kita ketahui. Yang ini secara sadar maupun tidak sadar juga mempengeruhi jiwa kepribadian kita.

C. STATUS dan PERAN SOSIAL.
          Kumpulan petani yang sangat kuat terikat pada alam sangat bergantung pada proses – proses organis dan kejadian – kejadian alam yang begitu detil terorientasikan pada sistematis rasional, bahwa pada umumnya kaum tani hanya akan menempuh jalan agama ketika di ancam oleh perbudakkan atau popularisasi, baik oleh kekuatan domestik ( finansial agraria atau signarial ) atau oleh kekuatan politik eksternal. Sejarah religius Israel kuno sudah mewujudkan kedua ancaman besar pada kelas- kelas tani: pertama, tekanan kekuatan – kekuatan asing yang mengancam perbudakkan, dan kedua pertentangan antara petani dengan pemilik tanah domestik ( pada zaman purba yang bertempur di kota – kota)[15] ( dalam sosiologi agama, penerjemah Muhammad Yasin, Yogyakarta: IRCiSoD, 2002, hlm. 117-118).
Dari sini kita bisa ambil pelajaran bagaimana status sosial dapat mnimbulkan berbagai macam masalah dalam kehidupan sehari – hari. Di mana yang kaya/ kuat berkuasa dalam segala macam aspek sedangkan yang lemah akan semakin tertindas.
            Perbedaan ini ternyata tidak hanya pada aspek kekuasaan saja tapi perbedaan ini bisa meliputi perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain – lain. Misal perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, tinggi badan, sampai pada cakep dan jelek.[16] 
            Maka implikasi terburuk dari semua perbedaan ini adalah kasus SARA ( suku, agama, ras, dan antar golongan ) yang apabila tidak di sikapi dengan bijaksana/ wisdom akan menyebabkan konflik sosial dalam masyarakat.
            Hal ini sudah di firmankan oleh Allah dalam Al- Qur’an surat Az-Zukhruf ayat 32 yang maknanya :
            “ Wahai Muhammad, apakah kaum musyrik berkuasa membagi rahmat Tuhanmu ? Allah berfirman: “ Kamilah yang berkuasa membagi rezeki kepada manusia dalam kehidupan mereka di Dunia ini. Kami lebihkan sebagaian orang beberapa derajat di atas yang lain, agar yang satu dapat menguasai yang lain. Rahmat Tuhanmu lebih baik dari pada semua harta yang di kumpulkan oleh orang – orang kafir”[17].
            Jika kita memahami makan ayat Al- Qur’an di atas maka akan bisa kita ambil pelajaran bahwa sebenarnya dengan perbedaan yang ada itu kita di arahkan untuk bisa salaing membutuhkan satu sama lain atau saling memanfaatkan serta saling melengkapi. Yang kaya mengayomi yang miskin, yang miskin menghargai yang kaya, dan sebagainya.
 Dari uraian di atas timbul pertanyaan. Apakah pengertian Status Sosial ?
Menurut Ralph Linton status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang di miliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan di tempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat di bandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah[18].
Status sosial adalah Sebuah posisi dalam hubungan sosial, karakteristik yang menempatkan individu dalam hubungannya dengan orang lain dan seberapa besar peran individu tersebut dalam masyarakat itu sendiri. Status sosial dapat terbentuk melalui beberapa hal diantaranya melalui peran individu tersebut, kekayaan, kekuasaan dan lain- lain. Status sosial akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu, dan hal itu akan dib arengi dengan perubahan kondisi sosial dalam masyarakat tersebut[19].
Menurut kami status sosial adalah kedudukan di mana hal itu yang membuat perbedaan nilai, pandangan, kelas dan kasta di mata masyarakat. Di mana hal ini kalau terjadi kesenjengan akan berakibat fatal dalam kehidupan bermasyarakat.
Adapun macam – macam status sosial.
·         Ascribed          : status, tipe status yang di dapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, golongan, kasta, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
·         Achieved         : status, yaitu status sosial yang di dapat seseorang karena kerja keras dan usaha yang di lakukannya; Contoh: harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan lain- lain.
·         Assigned         : status, status sosial yang di peroleh seseorang di dalamlingkungan masyarakat yang bukan di dapat sejak lahir, tetapi di berikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya : seseorang yang di jadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya[20].
D.STRUKTUR SOSIAL.
           Menurut Douglas ( 1973 ), mikrososiologi mempelajari situasi sedangkan makrososiologi mempelajari struktur. George C. Homans yang mempelajari mikrososiologi mengaitkan struktur dengan perilaku sosial elementer dalam hubungan sosial sehari – hari, sedangkan Gerhard Lenski lebih menekankan pada struktur masyarakat yang di arahkan oleh kecenderungan jangka panjang yang menandai sejarah.Talcott Persons yang bekerja pada ranah makrososiologi menilai struktur sebagai kesalingterkaitan anatarmanusia dalam sustu sistem sosial. Coleman melihat struktur sebagai pola hubungan antarmanusia atau masyarakat. Kornblum ( 1988 ) menyatakan struktur merupakan pola perilaku berulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat. Mengacu pada pengertian struktur sosial menurut Kornblum yang menekankan pada pola perilaku yang berulang, maka konsep dasar dalam pembahasan struktur adalah perilakuindividu atau kelompok. Perilaku sendiri merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungannya yang di dalamnya terdapat proses komnikasiide dan negosiasi.[21]
            Pembahasan mengenai struktur sosial oleh Ralph Linton di kenal adanya dua konsep yaitu status dan peran. Status merupakan suatu kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah aspek dinamis dari sebuah status. Menurut Linton ( 1967 ), seseorang menjalankan peran ketika ia menjalankan hak dan kewjiban yang merupakan statusnya. Tipologi lain yang di kenalkan oleh Linton adalah pembagian status menjadi status yang di peroleh ( ascribed status ) dan status yang di raih ( achieved status ).
            Social inequality merupakan konsep dasar yang menyusun pembagian suatu struktur sosial menjadi beberapa bagian atau lapisan yang saling berkait. Konsep ini memberikan gambaran bahwa dalam suatu stuktur sosial ada ketidaksamaan posisi sosial antarindividu di – dalamnya. Terdapat tiga dimensi di mana suatu masyarakat terbagi dalam suatu susunan atau stratifikasi, yaitu kelas, status, dan kekuasaan. Konsep dan kekuasaan merupakan pandangan yang di sampaikan oleh Karl Marx ( Beteille, 1970 )[22].
            Menurut Marx, kepentingan kelas dalam arti institusional, atau bisa kita sebut sebagai kepentingan ‘obyektif’, memberikan pengaruh penting pada pikiran manusia ( di terjemahkan oleh Uzair Fauzah, Masyarakat Terbuka dan Musuh – musuhnya, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2002, hlm. 386 ).[23]
            Ini artinya kepentingan obyektif ini telah memberikan kesadaran kembali dalam kepentingan subjektif dengan memberikan pengaruh penting pada pikiran manusia mengenai adanya prioritas sosial yang ada. Yang mengarah pada kesadaran untuk kepentingan kelas dan sadar kelas, serta mengarahkan bertindak sesuai dengannya sesuai dengan struktur sosial yang ada.
            Ciri – ciri struktur sosial :
·         Bersifat abstrak ( Acmad Maulana dkk, dalam kamus ilmiah populer, tak berwujud, mujarad, intisari, rangkuman, ikhtisar).
·         Terdapat dimensi vertikal dan horisontal.
·         Sebagai landasan sebuah proses sosial suatu masyarakat.
·         Bagian dari sistem pengaturan tata kelakuan dan pola hubungan masyarakat.
·         Selalu berkembang dan dapat berkembang[24].
E.NORMA DAN NILAI SOSIAL.
            Di dalam kamus ilmiah populer definisi norma adalah ukuran, kaidah; pedoman; ukuran untuk menetukan sesuatu ( lihat Achmad Maulana, dkk, Kamus Ilmiah Populer, hlm 349 ) .
            Dari segi bahasa Norma berasal dari bahasa inggris yakni norm. Dalam kamus oxford norm berarti usual or expected way of behaving yaitu norma umum yang berisi bagaimana cara berprilaku.
Norma adalah patokan prilaku dalam satu kelompok tertentu, norma memungkinkan sesorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak prilaku seseorang.
Norma juga merupakan sesuatu yang mengikat dalam sebuah kelompok masyarakat, yang pada keselanjutannya disebut norma sosial, karena menjaga hubungan dalam bermasyarakat. Norma pada dasarnya adalah bagian dari kebudayaan, karena awal dari sebuah budaya itu sendiri adalah intraksi antara manusia pada kelompok tertentu yang nantinya akan menghasilkan sesuatu yang disebut norma. Sehingga kita akan menumukan definisi dari budaya itu seperti ini; budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang  dan diwariskan dari generasi ke generasi[25].
Dari keterangan di atas maka bisa di ambil sebuah definisi tentang norma sosial yaitu semacam kebiasaan tertentu atau adat atau peraturan yang biasanya tak tertulis yang menjadi tolok ukur sebuah peraturan formal yang berada pada cakupan di batasan wilayah tertentu, yang mempunyai sifat memaksa dan mengikat kepada semua warga lingkungan dalam cakupan batas wilayah itu, dan apabila di langgar akan ada sanksinya, serta yang mengawasi jalannya norma itu adalah masyarakat yang terlibat dalam cakupan wilayah tertentu.
Sementara itu dalam bahasa Inggris istilah nilai mempunyai banyak konotasi, banyak yang populer maupun teknis. Oleh sebab itu sangat di perlukan kehati- hatian dalam merumuskan relevansi istilah tersebut. Di samping itu juga perlu di pertegas relevansi istilah nilai itu dengan suatu ilmu tertentu. Yang di pikirkan oleh para Sosiolog adalah nailai – nilai sosial. Nilai sosial tersebut di definisikan sebagai “ ........... suatu ke suatu kesadaran plus emosi yang relatif lama hilangnya terhadap suatu obyek, gagasan atau orang.
Robin William mentebutkan empat buah kaualitas dari nilai – nilai sebgai berikut :
·         Nilai- nilai itu mempunyai sebuah elemen konsepsi yang lebih mendalam di bandingkan dengan hanya sekedar sensasi, emosi, atau kebutuhan.
·         Nilai – nilai itu menyangkut atau penuh dengan semacam pengertian yang memiliki suatu aspek emosi. Emosi bisa jadi tak di utarakan kosepsi sebenarnya boleh jadi ini sebuah potensi.
·         Nilai – nilai bukanlah merupakan tujuan konkrit dari pada tinadakan, tapi ia tetap mempunyai hubungan dengan tujuan.
·         Nilai – nilai tersebut merupakan unsur penting dan sama sekali tak dapat di remehkan bagi orang – orang yang bersangkutan.[26]

F.SOSIALISASI.
          Pengertian sosialisasi menurut para ahli, di antaranya :
·         Charlotte Buhler adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
·         Peter Berger Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
 Paul B. Horton Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
·         Soerjono Soekanto Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan   kepada warga masyarakat yang baru[27].
Kami berpendapat sosialisasii adalah suatu kegiatan yang di lakukan oleh seseorang atau sekolompok orang ke kelompok atu individu lainnyam tentang suatu ide atau gagasan yang di miliki oleh pemilik ide supaya ide atau gagasan yang di sampaikan bisa di terima oleh orang lain.
Sosialisasi adalah suatu proses belajar yang memungkinkan seseorang menghayati/ internalisasi norma – norma sosial tempat ia hidup sehingga menjadi individu yang baik. Proses sosialisasi tanpa sengaja terjadi jika apabila seorang individu yang di sosialisasikan menghasilakan apa- apa yang dilakukan oleh orang – orang yang di sekitarnya di dalam interaksi mereka, lalu melihat tingkah mereka, individu melakukan internalisasi pola – pola tingkah laku dan pola – pola interaksi tersebut beserta norma – norma sosial yang mendasarinya ke dalam mentalnya.
Proses sosialisasi yang di sengaja, terjadi apabila seorang individu ( yang bersosialisasi ) mengikuti pengajaran dan pendidikan yang di lakukan dengan sengaja oleh pendidik – pendidik yang mewakili masyarakat dengan tujuan agar norma – norma sosial bisa di pahami yang bersosialisasi tersebut sehingga bisa tertanam baik dalam batinnya[28].
Syarat terjadinya Sosialisasi.
Pada dasarnya, sosialisasi memberikan fundamental bagi kehidupan kita. Pertama : memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat; dan kedua : memungkinkan lestarinya suatu masyarakat; karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja, sehingga kelestarian masyarakat terganggu. Contoh: masyarakat Sunda, Jawa, Batak, dan sebagainya akan lenyap bila satu generasi tidak menyosialisasikan kepada generasi berikutnya.
Berdasar jenisnya sosialisasi di bagi menjadi dua, yakni sosialisasi primer ( dalam keluarga ) dan sosilaisasi sekunder (dalam masyarakat ). Sosialaisasi primer berlangsung saat anak berusia 1 – 5 tahun atau saat anak belum masuk sekolah; Sedangkan sosilaisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan dari sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kepada kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosilaisasi, seseorang di beri identitas yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami pencabutan identitas yang lama[29].
Tipe Sosialisasi
Agar sosialisasi dapat berjalan lancar, tertib dan berlangsung terus menerus maka terdapat dua tipe sosialisasi yaitu formal dan informal..
  1. Formal, sosialisasi ini terbentuk melalui lembaga yang dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat yang memiliki tugas khusus dalam mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan yang harus dipelajari oleh masyarakat.
  2. Informal, sosialisasi ini terdapat dalam pergaulan sehari-hari yang bersifat kekeluargaan[30].
Perbedaan standar atau tata nilai dari kedua tipe tersebut adalah sebagai berikut.
·         Seseorang di sebut baik, apabila nilai ulangannya di atas tujuh, atau tidak pernah datang terlambat ( tipe formal ).
·         Seseorang di sebut baik, bila ia solider dengan teman, atau saling membantu ( tipe nonformal)[31].

G.PERUBAHAN SOSIAL.
            Bisa kita lihat di dalam kehidupan kita sehari – hari semisal dalam sebuah instansi- instansi semisal seorang kepala kantor yang sudah pensiun kemudian beralih profesi menjadi pegadang, membuka toko misalnya. Secara langsung ini sudah mencerminkan perubahan sosial. Dari seorang kepala kantor menjadi seorang pedagang. Maka kami bisa membuat sebuah pengertian awal tentang perubahan sosial berdasar ilustrasi contoh yang kami buat di atas adalah sebuah perputaran kondisi sosial yang mengalami pergerakan sosial yang di alami oleh seorang individu.
            Perubahan sosial adalah proses, meliputi bentuk keseluruhan dari aspek kehidupan masyarakat[32].
            Menurut Paul B.Horton, perubahan sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau perpindahan dari satu strata ke strata lainnya.
            Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, perubahan sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola – pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
            Menurut Wilbert Moore, memandang bahwa pola perilaku, dan interaksi sosial, “setiap perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atau perubahan dalam organisasi sosial[33].
            Kami lebih setuju ke pendapat Paul B. Horton, karena definisi yang di ungkapakan oleh Barton itu kami rasa lebih menyeluruh lingkupnya dan lebih luas dan perubahan sosial ini pada umumnya lebih sering terjadi pada masyarakat – masyarakat yang terbuka.
            Cara melakukan Perubahan Sosial.
            Secara umum, cara orang melakukan perubahan sosial adalah sebagai berikut.
·         Perubahan standar hidup. Kenaikan penghasilan tidak menaikkan status secara otomatis, melainkan akan merefleksikan status standar hidup yang lebih tinggi.
·         Perkawinan. Untuk meningkatkan status sosial dapat di lakukan melaui perkawinan.
·         Perubahan tempat tinggal. Untuk meningkatkan status sosialnya, seseorang dapat berpindah ke tempat tinggal yang baru yang lebih elit; atau dengan merekonstruksi rumahnya menjadi lebih megah.
·         Perubahan tingkah laku. Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk – bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang di aspirasikan kelasnya.
·         Perubahan nama. Dalam suatu masyarakat, sebuah nama di identifikasikan dengan posisi sosial tertentu[34].
Sementara itu menurut Istri mantan presiden Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid mengatakan karya sastra memiliki kemampuan efektif untuk melakukan perubahan sosial di masyarakat. "Hal ini karena karya sastra bersentuhan langsung dengan emosi pembaca, dan mampu mendekatkan diri dengan masyarakat," kata Sinta Nuriyah Wahid ketika memberikan sambutan dalam acara seminar "Sastra Perempuan dan Agama dalam Sastra," yang diadakan Kedutaan Besar Kanada di Jakarta[35].
Jadi selain faktor – faktor di atas ternyata sastra juga mempunyai pengaruh dalam perubahan sosial, misalnya : sastra tentang gambaran keadaan rakyat yang tertidas kemudian muncul sebuah sastra yang bisa membangkitkan gelora semngat revolusioner rakyat kemudian muncul kesadaran untuk bangkit dari keterpurukkan.
Faktor penghambat perubahan sosial.
Bebrapa faktor penting yang justru menghambat perubahan sosial adalah : 1. Perbedaan kelas rasial. 2. Agama ( yang menggunakan sistem kasta) ini sejalan dengan pandangan Clifford Geertz dalam disertasinya “The Religion of Java ( 1959 ). Dalam karya besarnya Geertz membagi masyarakat Jawa jawa di Kediri ( di samarkan sebagai Mojokuto ) menjadi tiga varian utama yaitu Abnagan, Santri dan Priyayi dalam struktur sosialnya. Menurutnya abangan itu berada di lingkungan pasar, santri di pedesaan dan priyayi berasal dari sistem perkantoran ( lihat, Agus Salim, Perubahan Sosial, hlm. 197 – 198 ). 3. Diskriminasi kelas. 4. Kemiskinan. 5. Perbedaan jenis kelamin[36].
Beberapa bentuk perubahan sosial.
·         Horizontal             : peralihan individu atu objek – objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.
·         Vertikal                 : perubahan individu atau objek sosial dari satu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Vertikal ke atas : masuk ke dalam kedudukkan yang lebih tinggi dan atau membentuk kelompok baru. Vertikal ke bawah : turunnya kedudukkan dan atau turunnya derajat kelompok[37].






KESIMPULAN.
Kehidupan sosial adalah suatu proses yang berlangsung di dalam masyarakat yang melibatkan banyak elemen – elemen masyarakat beserta lingkupnya yang memungkinkan terjadinya interksi sosial dalam masyarakat dalam kehidupan serta mempunyai nilai dan norma – norma yang harus di taati oleh semua anggota masyarakat yang terlibat dalam suatu batasan wilayah tertentu serta bersifat memaksa mempunyai hukuman bila di langgar, semua ini untuk mencapai tujuan kehidupan dalam masyarakat yang ingin di capai bersam - sama.
Meskipun secara teori kami yakin bahwa konsep kehidupan sosial itu merupakan konsep yang mudah, tapi kami juga mempunyai keyakinan dalam penerapan kehidupan sehari – hari sulit untuk di aplikasikan secara maksimal. Hal ini terbukti, misal dalam kehidupan sehari – hari, contoh kecil di sekolah kami yakin pasti ada indivdu – individu tertentu yang memarjinalkan individu lainnya dalam pergaulan sehari – hari. Sehingga kami rasa ini merupakan perbuatan yang tidak baik apabila masih di biarkan saja.











PENUTUP.
Demikian uraian makalah yang kami sampaikan , semoga ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan yang terutama bagi penulis saendiri.
Dengan makalah ini yang awalnya kita kurang mengerti tentang hakikat kehidupan sosial. Yang awalnya tidak tau tentang bagaimana aspek – aspek yang perlu mendapat perhatian dalam kehidupan sosial jadi sedikit lebih mengerti.        
Kami , penulis sadar makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik bila ada kesalahan. Demi menjadikan makalah ini supaya sempurna.















        DAFTAR PUSTAKA.
1.      Al-Ustadz Muhammad Thalib. Al-Qur’an dan Tarjamaah Tafsiriyah. Yogyakarta : Ma’had An- Nabamy. Februari 2012.
2.      Maulana, Achmad,dkk. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta : Absolut. Juni 2004.
3.      Tim Lapis PGMI. IPS 2.
6.      Campbell, Tom, Seven Theories of Human Society. Oxford University Press. 1981.
12.   Webber, Max.The Sociology of Religion. Boston : Beacon Press. 1962.
14.   Ropper, Karl R. The Open Society and Its Enemies. New Jersey : Princeton University Press. 1950.
17.   Faisal, Sanapiah. Sosiologi Pendiidkan. Surabaya : Usaha Nasional.
20.  Salim, Agus. Perubahan Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana. 2002.




[1] Al-Ustadz Muhammad Thalib, Al-Qur’an Tarjamaah Tafsiriyah, Yogyakarta: Ma’had An-Nabawy, Febuari 2011, hlm. 657.
2 http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Masyarakat.html (Jum’at tanggal 21 -09- 2012, jam 10:47).
[2] Achmad Maulana dkk, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, Yogyakarta : Absolut, 2004, hlm.480.
[3] Interdepensi adalah pergantungan antara satu sama lain; sikap tidak saling ketergantungan. ( Lihat di Kamus Ilmiah Populer, Achmad Maulana, hlm. 174 ).
[4] Tim Lapis PGMI, IPS  2, hlm.1.10.
[5] Tim Lapis PGMI, IPS 2, hlm .1.10 – 1.11.
[8]  Di terjemaahkan dari Tom Campbell, Seven Theories of Human Society, Oxford University Press, 1981.
[10] Tim Lapis PGMI, IPS 2,hlm 1.12.
[15] Terjemahan karya dari, Max Weber,  The Sociology of Religion, Boston : Beacon Press, 1962.
[16] TIM LAPIS PGMI, IPS 2, hlm. 1.13.
[17]  Al-Ustadz Muhammad Thalib, Al-Qur’an Tarjamaah Tafsiriyah, hlm. 623.

[18] TIM LAPIS PGMI, IPS 2, hlm. 1.13.

[20] TIM LAPIS PGMI, IPS 2, hlm. 1.13.



[21] TIM LAPIS PGMI, IPS 2, hlm. 1.13-1.14.
[22] TIM LAPIS PGMI, IPS 2, hlm. 1.14.
[23]Terjemah, Karl R.Popper, The Open Society and Its Enemies, New Jersey : Princeton University Press, 1950.
[26] Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional, hlm. 344 – 345.
[27] http://www.yousaytoo.com/pengertian-sosialisasi/170721 ( Jum’at tanggak 21-9-2012, jam 14 : 20 ).

[28] Tim Lapis PGMI, Paket IPS 2, hlm. 1.14.
[29] Tim Lapis PGMI, Paket IPS 2, hlm. 1.15.

[31] Tim Lapis PGMI, IPS 2,hlm. 1.15
[32] Agus Salim, Perubahan Sosial, Yogyakarta : PT.Tiara Wacana Yogya, 2002, hlm.ix.
[33] Tim Lapis PGMI, IPS 2, hlm. 1.15- 1.16.
[34] Tim Lapis PGMI, IPS 2, hlm. 1.15 –1.16.
[36]  Tim Lapis PGMI, IPS 2.hlm. 1.16.
[37]  Tim Lapis PGMI, IPS 2. hlm. 1.16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar