Minggu, 17 Februari 2013

Muh. Iqbal.


PERMOHONAN MEMPERLEMAH PRIBADI

Hai, kau yang menarik pajak dari singa
Kehendakmu itu menyebabkan dirimu jadi serigala
Akibat miskinlah, maka kau celaka
Asal penyakit itu sebab penderitaanmu pula
Yang merenggut angan- angan dari martabatnya
Dan pendamlah sinar khayalmu yang cemerlang itu
Mari, minumlah anggur merah dari kendi kejadian!
Ambil hartamu dari pundi – pundi waktu
Seperti Umar yang teguh lagi sederhana
Turunlah kau dari untamu
Jalankan tugas yang kau sandang dengan sebaik- baiknya
Masihkah kau merengek mendamba jabatan
Seperti seorang bocah yang berkuda – kudaan di punggung perempuan ?
Sebagai sosok maanusia sempurna
Akan hina dinalah dirimu jika menerima upeti serta hadiah
Sebab selalu memohon dan meminta
Dirimu semakin melata merana
Mengemis membuat seseorang tambah hina
Akan hancur pribadimu
Maka redup cahaya bukit Sinai pribadimu
Jangan kau tiup debu di telapak tanganmu
Seperti bulan, reogohlah makanan dari pinggangmu sendiri
Meskipun kau dalam kemiskinan penuh penderitaan
Tolak segala pemberian orang lain
Jangan kau cari ombak laut pada bola matahari
Agar kelak kau tak di permalukan di hadapan Nabi.
Di Padang Mahsyar setiap insan di rambahi takut dan cemas
Dari matahari bulan menerima makananya
Dan di milikinya tanda pemberian sang surya itu
Panjatkan doa kepada Tuhan agar kau berani !
Perjuangkan nasibmu !
Jangan kau nodai keagungan Islam !
Agama yang menyingkirkan patung dari Ka’bah suci.
Tuhan mengasihi mereka yang memperjuangkan rezeki sendiri
Celakalah bagi mereka si penerima suap
Dan harta benda itu akan mendidih tenguk mereka
Cahaya Tuhan pun redup dari dirinya
Sebab telah dia luncurkan martabat kemanusiaanya
Berbahagialah orang – orang yang berjuang di tengah terik matahari
Yang tak mengemis kepada Khidir untuk piala minumnya
Namun dia tetap sesosok yang jantan
Dan bukan seenggok debu hina dina
Seorang anak muda berjalan di bawah langit Tuhan
Kepalanya tegak kokoh bagai pohon tusam
Tatkala tangannya hampa
Malah dia semakin jadi tuan bagi pamannya
Dan jikalau nasib baik datang padanya
Dia akan bersikap waspada
Pundi pengemis bagai kapal yang terombang- ambing dalam gelombang api
Terasa lezatlah setitik embun yang di tadah tangan sendiri
Jadikanlah dirimu manusia bermartabat
Yang tak mauy menerima upeti dan suap
Jangan sodorkan piala kosongmu kendati kau dahaga di tengah lautan


( Muh.Iqbal dalam Rekonstruksi Pemikiran agama dalam islam ).






Tidak ada komentar:

Posting Komentar