Minggu, 17 Februari 2013

Tafsir Al- Lubab Quraih Shihab


SURAH AL- ‘ASHR
 Pengenlan Terhadap Surah.
             Surah ini adalah surah Makkiyah, nama “ Surah Al- ‘ashr telah di kenal sejak zaman Nabi saw.  Di riwayatkan bahwa sahabat – sahabat Rasulullah tidak berpisah kecuali mereka saling membacakan Surah al- Ashr kepada temannya.
            Tema Utama uraian surah ini adalah tentang waktu dan pentingnya memanfaatkan serta mengisinya dengan aktifitas positif, baik buat diri maupun pihak lain.
            Tujuannya adalah mengingatkan tentang pentingnya menggunakan waktu sebaik mungkin.
            Menurut Imam Syafi’I: “ Seandainya umat islam memikirkan kadungan surah ini, niscaya ( petuntuk – petunujuknya) sudah mencakupi mereka. “
 Inti Sari Kandungan Ayat.
            Dalam surah yang lalu ( At- Takatsur ) , Allah SWT. Memperingtkan manusia yang di lengahakan oleh persaingan tidak sehat sehingga waktunya berlalu tanpa hasil. Dalam surah al-‘Ashr ini Allah memperingatkan tentang pentingnya waktu dan bagaimana seharusnya ia, di isi. Surah ini di mulai dengan Firman Allah : Wa al-‘Ashr, yakni demi masa/  waktu [1]( 1 ). Sesungguhnya semua manusia yang mukallaf di dalam wadah kerugiaan dan kebinasaan yang besar dan beragam ( 2 ). Ayat ( 3 ) mengecualikan orang – orang yang melakukan empat kegiatan pokok yaitu beriman dengan kleimanan yang benar, lalu membuktikannya dengan beramal amalan- amalan yang saleh yakni yang bermanfaat, selanjutnya saling berwasiat tentang kesabaran/ ketabahan.




PELAJARAN YANG DI PETIK.
1.      Waktu adalah modal utama manusia, apabila waktu tidak diisi dengan kegiatan yang positif, maka ia akan berlalu begitu saja, dan ketika itu jangankan keuntungan di peroleh, modal pun telah hilang. “Rezaki yang tidak di peroleh hari ini masih di harapkan di peroleh lebih hari esok, tetapi waktu yang berlalu tidak mungkin di harapkan kembali esok. Demikian Sayyidina Ali bin Abi Thalib.
2.      Waktu bersifat netral! Tidak ada waktu sial atau waktu mujur. Yang berpengaruh adalah kebaikan dan keburukan usaha seseorang dan inilah yang berperanan dalam baik buruknya kesudahan pekerjaan.
3.      Saling berwasiat menyangkut kebenaran mengandung makna saling ajar mengajar. Karena itu, surah ini tidak saja menekankan pentingnya belajar tapi juga mengajar. Ini juga berarti tidak seseorang pun mengetahui segala sesuatu, kendati dia kaya dan kuat. Sebaliknya yang miskin, dan berstatus social rendah, bisa lebih mengetahui sekian banyak hal dari pada yang kuat dan di nilai pandai.
4.      Manusia akan tetap berada dalam wadah kerugian kecuali setelah melaksanakn empat hal yang di sebut di atas. Seseorang belum terbebaskan dari kerugian bila sekedar beriman, beramal shaleh, dan dia berkewajiban juga untuk mengajarkannya kepada orang lain.
5.      Yang mengerjakan atau mengajak kepada kebenaran berpotensi mengalami gangguan atau kejenuhan, karena itu, di perlukan kesabaran dan ketabahan agar aktivitasnya tidak memudar.[2]


[1] Waktu/ masa di namai surah ini dengan ashr, yang maknanya secara harfiyah adalah memeras agar seseorang mengisis waktunya dengan memeras keringat dan pikirannya. Di sisi lain ‘Ashar adalah waktu menjelang terbenamnya matahari. Itu mengisyaratkan bahwa penyesalan / kerugian baru terjadi / di sadari ketika sisa waktu tinggal sedikit lagi, yakni ‘ Ashar kehidupan manusia menjelang matahari hayatnya terbenam.
[2] M. Quraish Shihab, AL-LUBAB ( Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Al- Fatihah Dan Juz ’Ama), Jakarta : Lentera Hati, cetakan I, Sya ‘ban 1429 / Agustus 2008, hlm 279 – 289.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar